Tiga Kebijakan Penting yang Harus Diambil Oleh Pemimpin Untuk Bertahan Paska Pandemi

Pandemi COVID-19 telah membawa banyak perubahan pada dunia bisnis di seluruh dunia, salah satunya adalah percepatan transformasi digital.
Dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan IBM terhadap eksekutif C-suite global, yang berjudul COVID-19 and the Future of Business menyebutkan bahwa enam dari sepuluh organisasi telah mempercepat transformasi digital mereka karena pandemi COVID-19.
Faktanya, 66% eksekutif mengatakan bahwa sebenarnya mereka telah melakukan hal tersebut, namun banyak mengalami kendala. Mulai dari adanya hambatan tradisional ketika mengadopsi teknologi hingga kepada sikap dan penolakan karyawan terhadap perubahan yang dilakukan oleh organisasi.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa ada tiga kebijakan proaktif yang dapat diambil oleh para pemimpin, untuk memastikan bisnis mereka tetap bisa bertahan dan berkembang pasca-Covid.
Ketiga kebijakan tersebut adalah :
1.Meningkatkan skalabilitas dan fleksibilitas operasional
Meluasnya pandemi ke segala bidang telah membuat banyak pemimpin di organisasi yang menyadari bahwa perubahan itu penting untuk dilakukan, agar mereka dapat tetap bertahan.
Dalam hal ini penelitian yang dilakukan IBM mengungkapkan bahwa mayoritas organisasi membuat perubahan permanen pada strategi organisasi mereka. Misalnya, 95% eksekutif Singapura yang disurvei, berencana untuk berpartisipasi dalam model bisnis berbasis platform pada tahun 2022. Selain itu masih banyak lagi yang melaporkan bahwa mereka akan meningkatkan partisipasi dalam ekosistem dan network mereka..
Para eksekutif juga mencari infrastruktur TI yang lebih fleksibel dan banyak yang mengindikasikan bahwa mereka meningkatkan investasi mereka dalam teknologi inovatif seperti AI dan IoT, serta cloud dan blockchain untuk membantu tuntutan baru pada infrastruktur TI.
Pada saat yang sama, survei tersebut menemukan bahwa para pemimpin menjadi lebih percaya, pada apa yang dapat dilakukan teknologi dan terus maju dengan transformasi digital.
2.Melakukan automatisasi agar alur kerjalebih fleksibel dan efektif
Tidak dipungkiri bahwa pandemi tersebut telah banyak membuat perubahan di struktur organisasi, sehingga menjadi lebih ramping dan efisien. Ini kemudian perlu ditunjang oleh penggunaan teknologi secara ektensif, agar proses dan alur kerja menjadi lebih responsif dan smart. Peningkatan aspek keamanan jaringan juga menjadi titik fokus, agar tidak terjadi pemborosan tenaga dan waktu.
Hal tersebut sesuai dengan isi laporan yang menemukan bahwa selama dua tahun ke depan: 77% eksekutif Singapura akan lebih meningkatkan komitmen keamanan siber mereka, sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran.
Sedangkan 42% berencana menggunakan AI untuk meningkatkan keamanan siber mereka secara bersamaan.
Kemudian 87% lainnya mulai mengalihkan fokus mereka pada upaya membentuk organisasi yang lebih lincah, untuk beradaptasi secara cepat dengan perubahan yang terjadi. untuk itu kebijakan di bidang keuangan dan alokasi anggaran berperan penting dalam proses transformasi teknologi yang akan dilakukan. Hal inilah yang kemudian membuat para pemimpin mulai berinvestasi teknologi informasi, seperti dalam cloud, AI, otomatisasi, dan teknologi eksponensial lainnya.
Para ahli di IBM merekomendasikan bahwa para pemimpin harus menyadari pentingnya perubahan tersebut dan mulai memikirkan dampak positif penggunaan teknologi tersebut terhadap kinerja karyawan. Sehingga mereka bisa menjadi semakin produktif dan inovatif.
3.Memimpin dan membimbing karyawan dengan sistem kerja yang baru
Lebih lanjut, studi tersebut juga menemukan kurangnya komunikasi antara organisasi dan karyawan, terutama mengenai apa yang ditawarkan kepada karyawan dan apa yang dianggap sebagai prioritas oleh karyawan.
Bisnis yang disurvei melihat dengan lebih jelas peran penting yang dimainkan orang dalam mendorong transformasi berkelanjutan mereka. Para eksekutif berpendapat bahwa kesejahteraan karyawan adalah salah satu prioritas tertinggi mereka.
Meskipun demikian, hanya sekitar setengah dari karyawan yang mengatakan bahwa mereka yakin bahwa atasan mereka benar-benar peduli dengan kesejahteraan mereka. Keselamatan, keterampilan, dan fleksibilitas tenaga kerja telah diutamakan sementara kepuasan karyawan menjadi berkurang prioritasnya.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, IBM merekomendasikan agar para eksekutif lebih fokus pada orang-orang mereka, mengutamakan kesejahteraan ujung-ke-ujung karyawan. Pemimpin empati yang mendorong akuntabilitas pribadi dan mendukung karyawan untuk bekerja dalam regu mandiri yang menerapkan pemikiran desain, prinsip gesit, serta alat dan teknik DevOps dapat bermanfaat.
Organisasi juga harus berpikir untuk mengadopsi model pengembangan keterampilan multi-modal yang holistik untuk membantu karyawan mengembangkan keterampilan perilaku dan teknis yang diperlukan untuk bekerja dalam kondisi normal baru dan menumbuhkan budaya pembelajaran berkelanjutan.
Sumber/foto : humanresourcesonline.net/teamsolutions.com


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS