Pemimpin dengan Kepedulian Besar Merupakan Pemimpin yang Efektif
Beberapa ahli dari Tripartit Alliance for Fair and Progressive Employment Practices (TAFEP)menyebutkan bahwa karyawan yang bekerja dengan nyaman akan dapat meningkatkan produktivitas mereka. Hasil tersebut antara lain dapat dipeproleh ketika mereka mendapatkan pemimpin yang baik.
Pada puncak pandemi COVID-19 pada tahun 2020, Dr Daniel Tan, Chief Executive Officer Parkway Laboratories, membagikan pengalaman mengenai kelelahan yang diderita melalui email kepada karyawannya.
Dirinya menuliskan, di masa lalu, pemimpin diharapkan menjadi pemimpin yang tegas – tak kenal takut, berani, dan memiliki sifat agresif dalam menghadapi tantangan yang muncul. Namun saya berpendapat bahwa itu adalah pendapat lama.
.”Waktu telah berubah, dan disitulah kita sebagai pemimpin juga harus mulai untuk berubah juga,”jelasnya.
Dr.Tan menyatakan bahwa ciri-ciri mengenai kepemimpinan yang efektif telah berubah selama bertahun-tahun. Sekarang, pengusaha progresif menyadari bahwa kualitas seperti mampu menunjukkan kerentanan, empati, dan kebaikan lebih mmerupakan hal yang penting untuk terhubung dengan karyawan. ini kemudian mampu memberika dampak positif kepada mereka sehingga mau memberikan kontribusinya yang terbaiknya.
Memimpin dengan kebaikan dapat mengurangi rasa lelah yang mungkin sering timbul, dan juga mampu meningkatkan produktivitas.
Menurut jajak pendapat Gallup , karyawan 62% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kelelahan dan tekanan mental, saat manajer mereka benar-benar peduli dan mau mendengarkan masalah terkait pekerjaan mereka. Selain itu penyakit yang berhubungan dengan stres, banyak menimbulkan kerugian pada perekonomian Singapura sebesar US$2,3 miliar per tahun .
Studi lain oleh Universitas Teknologi Nanyang dan Universitas Amsterdam menunjukkan bahwa ketika organisasi memiliki atasan yang lebih peduli, karyawan cenderung tidak berpartisipasi dalam aktivitas penipuan yang merugikan perusahaan. Sifat yang menonjol, karena kolusi karyawan membebani perusahaan di seluruh dunia sekitar 5% dari pendapatan tahunan mereka.
Jadi, apa artinya menjadi pemimpin yang baik di tempat kerja?
Semakin baik pemimpin mengenal karyawan mereka, semakin baik tingkat keterlibatan karyawan dan strategi retensi dalam organisasi. Sebagai seorang pemimpin, luangkan waktu untuk memikirkan langkah-langkah yang disengaja untuk memahami karyawan.
Pemimpin dapat melakukannya dengan mengumpulkan data kualitatif melalui obrolan informal dan diskusi kelompok kecil untuk memahami sikap dan perhatian karyawan. Saluran informasi yang lebih formal juga dapat digunakan seperti survei dan penilaian keterlibatan karyawan tanpa nama seperti TAFEP’s Fair and Progressive Employment Index yang memungkinkan pemberi kerja untuk mengaudit budaya tempat kerja mereka dan menawarkan rekomendasi untuk mengatasi kesenjangan yang teridentifikasi dalam bekerja.
Untuk memahami sepenuhnya tenaga kerja, memang diperlukan budaya komunikasi yang transparan. Budaya ini perlu dibangun dari atas, dengan keteladanan kepemimpinan yang autentik dan percakapan terbuka. Ketika para pemimpin terbuka tentang pemikiran dan tantangan mereka, seperti yang telah dilakukan Dr Tan, karyawan juga merasa terdorong dan didukung untuk berbagi umpan balik dan pendapat yang jujur. Ini pada akhirnya memberikan wawasan akurat yang dapat ditindaklanjuti oleh para pemimpin.
Kepemimpinan yang baik di tempat kerja juga berarti mengalokasikan sumber daya untuk menciptakan tempat kerja di mana karyawan diperlakukan secara adil dan saling menghormati. Untuk beberapa pemberi kerja, ini bahkan dapat diperluas untuk meninjau praktik dan kebijakan SDM saat ini untuk menghilangkan bias.
Inisiatif ini dapat berkisar dari penerapan kerangka kerja manajemen kinerja yang objektif untuk menilai kinerja karyawan, hingga menciptakan proses penanganan keluhan yang efektif untuk memastikan karyawan memiliki jalan yang tepat.
Majikan yang progresif dapat melangkah lebih jauh dengan menangani kebutuhan kehidupan kerja karyawan melalui pengaturan kerja yang fleksibel dan praktik kehidupan kerja lainnya yang dirancang untuk membantu karyawan mencapai keharmonisan kehidupan kerja yang lebih baik.
Namun, perlu dicatat bahwa pemimpin yang peduli tidak akan mampu memenuhi semua permintaan yang ada.
Menurut Dr William Wan, General Secretary of the Singapore Kindness Movement, dalam sebuah tulisannya dalam Singapore Institute of Management menyebutkan pemimpin yang baik bukanlah orang yang permisif atau penurut, Sebaliknya, ketika pemimpin seperti itu mengatakan “tidak”, itu bukan berasal dari ketidaksabaran, tetapi lebih kepada keinginan untuk membimbing, menantang, dan membimbing.
Jadi, ketika pemimpin yang peduli berinvestasi dalam upaya yang mendukung kesejahteraan karyawan, mereka juga pasti akan memastikan bahwa upaya tersebut relevan dan berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memahami kebutuhan karyawan, menilai kesesuaian sumber daya, dan terakhir, menerapkannya dengan baik. Seperti yang telah ditemukan oleh pemberi kerja peraih penghargaan yang patut dicontoh , membuat investasi ini dalam tenaga kerja dapat membantu memperkuat keterlibatan karyawan, dan menghasilkan kinerja organisasi yang lebih baik.
Ringkasnya, kepemimpinan yang efektif tidak lagi berdasarkan komando dan kendali, tetapi dibangun atas dasar komunikasi, kejujuran, dan empati. Leader yang memimpin dengan kepedulian untuk mendukung karyawan, tentunya akan lebih mudah mencapai tujuan bisnis daripada mereka yang tidak.
Sumber/foto : humanresourcesonline.net/Ebersole Photography LLC
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS