Karyawan di Asia Kurang Menyukai Empat Hari Kerja dalam Seminggu

Pada saat ini, keseimbangan dalam bekerja menjadi prioritas bagi sebagian besar karyawan. Sehingga hal tersebut kemudian mendorong mereka mencari tempat nekerja yang memiliki kebebasan dalam menentukan sendiri jam kerja secara fleksible. Sehingga karyawan memiliki lebih banyak waktu untuk bersosialisasi. Dengan kata lain mereka lebih menyukai kantor yang memiliki kebijakan empat hari kerja dalam seminggu, dibandingkan dengan kantor tradisonal yang mengharuskan mereka bekerja selama lima atau enam hari kerja.
Di beberapa negara Barat empat hari kerja telah menjadi kewajaran, namun di negara-negara Asia enam hari kerja dalam seminggu masih menjadi norma bahkan simbol loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Itu karena adanya budaya kerja keras yang sangat terkait dengan kesuksesan.
Seperti misalnya Islandia dan Spanyol, yang pemerintahnya telah bereksperimen dengan pengurangan jam kerja sejak 2019 dan 2021, kemudian Belgia adalah negara terbaru yang mengumumkan bahwa pekerja akan segera berhak atas empat hari kerja dalam seminggu. Program Belgia, yang dimulai sebagai percobaan, mengharuskan karyawan untuk bekerja dengan jumlah jam yang sama dalam empat hari seperti sebelumnya dalam lima hari. Pekerja juga dikatakan diizinkan untuk mengabaikan pesan kerja setelah jam kerja tanpa menghadapi konsekuensi dari atasan mereka.
Negara Inggris pada bulan Januari mengumumkan peluncuran uji coba minggu kerja enam bulan empat hari yang akan dimulai pada bulan Juni. Inisiatif ini bertujuan untuk memungkinkan karyawan perusahaan yang telah mendaftar program untuk bekerja 32 jam perminggu tanpa mengurangi hak mereka atas gaji dan tunjangan.
Menurut James Root, co-chairman di Bain Futures, perusahaan konsultan Bain & Company, Asia adalah rumah bagi beberapa negara dengan jam kerja yang terkenal panjang. Mulai dari Korea Selatan, Cina dan Jepang.
“Namun demikian banyak perusahaan di seluruh dunia, termasuk Asia, terus mencari cara untuk menjadikan kantor menjadi tempat yang lebih nyaman untuk bekerja,” jelasnya lebih jauh.
Root menyebutkan untuk membuat kantor menjadi tempat yang menyenangkan telah membuat sebagian perusahaan mengurangi jam kerja mereka di hari Jumat, memberikan kelonggaran waktu liburan serta pilihan untuk bekerja secara fleksibel dari rumah. Nahkan juga memperpanjang cuti kehamilan untuk karyawan perempuan dan suami mereka.
Namun demikian banyak pekerja tetap menginginkan adanya perubahan hari kekrja menjadi hanya empat hari dalam seminggu. Tujuannya adalah untuk memberikan pekerja akhir pekan yang lebih lama, sambil menjaga produktivitas dan ini diharapkan bisa menjadi win-win solution bagi pekerja dan perusahaan.
Root juga memberikan contoh seperti di negara Jepang yang masih menganut budaya kerja dengan jam kerja yang panjang. Dimana telah membuat karyawan harus lebih memprioritaskan karir mereka di atas segala hal lain dalam hidup mereka. Bahkan ada istilah “karoshi” yang diterjemahkan menjadi “kematian karena terlalu banyak bekerja.”
Namun ketika pandemi covid melanda seluruh dunia, semua perusahaan terpaksa merubah kebijakan mereka tentang jam kerja. Hal ini juga membuat Jepang terpaksa mempertimbangkan jam kerja tradisonal yang sudah dianut berabad lamanya menjadi jam kerja fleksibel pada tahun 2020. Termasuk pula di perusahaan Panasonic Airi.
Jepang kemudian mulai menganalisis bagaimana perubahan ini memengaruhi kebahagiaan karyawan mereka.
Menurut Minobe juru bicara Panasonic Airi dalam sebuah keterangan tertulis kepada media menyebutkan, kesejahteraan karyawan kami adalah prioritas, dan penting bagi kami untuk berkomunikasi dan mempromosikan pemahaman tentang tujuan ini.
Bahkan sebagai langkah kongkritnya Panasonic kemudian mengumumkan rencana kebijakannya yangakan dimulai pada bulan Januari, untuk memperkenalkan minggu kerja empat hari opsional untuk mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih sehat bagi karyawannya. Perubahan tersebut, bagaimanapun, tidak diharapkan untuk diterapkan “sampai paling cepat April 2023,” kata Minobe.
Pada tahun 2019, perusahaan Microsoft Jepang pernah menguji minggu kerja empat hari. Meskipun jam kerja secara keseluruhan menurun, gaji pekerja tetap sama. Selain itu, produktivitas staf dilaporkan meningkat hampir 40%.
Hal tersebut telah membuat banyak karyawan dari Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Indonesia juga tertarik untuk menerapkan empat hari kerja dalam seminggu.
Menurut survei yang diterbitkan pada bulan Februari oleh perusahaan riset Milieu. Lebih dari tiga dari empat orang Singapura (76%) menyatakan minat yang besar pada pekerjaan yang menyediakan akhir pekan tiga hari.
Menurut Jaya Dass, direktur pelaksana di agen perekrutan Randstad Singapura, di negara-negara dengan tingkat pereknomian yang lebih stabil seperti Singapura, ini mulai menjadi tentang kualitas hidup dan apa artinya pekerjaan.
Menurutnya banyak karyawan di Singapura tidak menginginkan kehidupan yang mereka jalani hanya untuk bekerja, dan mereka menginginkan adanya keseimbangan yang harmonis antara pekerjaan dengan kehidupan sosial mereka.
Laporan tahun 2021 oleh Randstad juga menyebutkan bahwa keinginan memiliki keseimbangan kehidupan kerja, gaji dan tunjangan yang baik adalah aspek pekerjaan yang paling berharga bagi semua karyawan. Mereka juga mendapatkan hasil bahwa tidak setiap karyawan siap untuk menyerahkan kehidupan pribadi mereka demi karir mereka, namun tingginya biaya hidup telah membuat mereka menerima kebijakan lima enam hari kerja. Selain itu banyak yang tidak setuju dengan pengurangan jam kerja, jika itu berarti harus menerima pemotongan gaji.
Sehingga bisa dikatakan tidak semua karyawan di kawasan Asia Tenggara begitu antusias dengan minggu kerja yang lebih pendek. Hanya 48% orang Malaysia yang sangat tertarik dengan ide tersebut, dan 41% lainnya tidak setuju.
Menurut survei Milieu. Myanmar dan Kamboja, di mana banyak pekerja memegang pekerjaan kerah biru, menunjukkan minat yang lebih sedikit. Keinginan untuk keseimbangan kehidupan kerja di negara-negara ini lebih rendah karena, di ekonomi ini, jam kerja yang lebih lama sering menghasilkan lebih banyak uang, katanya. Di negara berkembang, karyawan sering ingin bekerja sekeras mungkin.
Menurut Dass pengertiannya adalah, apabila saya harus mati bekerja, saya akan melakukannya. Itu berarti saya bisa menghasilkan uang. Saya bisa membeli properti saya. Saya bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga saya.
Sumber/foto : cnbc.com/humanresourcesonline.net


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS