Era Baru Total Reward: Personal, Fleksibel, dan Bermakna

Keberagaman generasi di tempat kerja kini menjadi tantangan nyata bagi dunia HR. Dari Gen X hingga Gen Z, setiap kelompok memiliki kebutuhan dan harapan yang berbeda terhadap reward yang mereka anggap penting. Karena itu, pendekatan one size fits all sudah tak lagi relevan.
Kini, organisasi dituntut untuk tidak hanya memberikan kompensasi dalam bentuk angka atau tunjangan standar, tetapi juga menghadirkan pengalaman yang bermakna bagi setiap individu. Seperti disampaikan oleh Jimmy Tan, Head of Executive Compensation & Rewards di AirAsia, saat ini bukan lagi soal compensation & benefits, melainkan total reward — cara pandang yang lebih personal, fleksibel, dan menyentuh sisi manusia dalam bekerja.
Jimmy berbagi pengalamannya ketika menerapkan sistem FlexPay berbasis poin — di mana karyawan bisa memilih alokasi tunjangan sesuai kebutuhan mereka. Secara teknis, sistem ini sempurna. Namun di lapangan, hasilnya tak sesuai harapan.
“Terlalu rumit. Akhirnya orang bilang, ‘Sudahlah, kasih yang standar saja,’” ujarnya.
Ia menyadari kesalahan utamanya: tim terlalu fokus membuat sistem yang nyaman bagi manajemen, tetapi lupa mempertimbangkan pengalaman karyawan sebagai pengguna utama.
Belajar dari situ, Jimmy mengambil pendekatan berbeda di organisasi berikutnya.
“Kami buat sesederhana mungkin. Tidak perlu alat canggih atau konsultan besar. Yang penting: mulai dulu, dengarkan masukan, dan perbaiki bersama,” tuturnya.
Pendekatan sederhana namun kolaboratif itu justru menghasilkan dampak besar. Skor Employee Net Promoter Score (eNPS) — indikator keterlibatan dan loyalitas karyawan — meningkat 8–10 poin hanya dengan sistem total reward yang lebih fleksibel dan berbasis kepercayaan.
Kunci keberhasilannya terletak pada keterlibatan karyawan sejak awal.
“Misalnya soal klaim keanggotaan gym, kami tanya dulu: menurut kalian ini ide baik atau tidak? Kalau mayoritas setuju, kami jalankan,” jelasnya.
Cara ini bukan hanya menumbuhkan rasa memiliki, tetapi juga memberi data nyata untuk menunjukkan kepada manajemen bahwa investasi kecil bisa menghasilkan dampak besar terhadap retensi dan kebahagiaan karyawan.
Dari pengalamannya, Jimmy menyimpulkan bahwa personalisasi total reward bukan soal menciptakan sistem yang sempurna, melainkan tentang memahami manusia di balik angka.
“Yang penting mulai dulu. Tidak perlu menunggu sempurna, karena yang membuatnya lebih baik adalah pengalaman dan umpan balik dari mereka yang menggunakannya,” ujarnya.
Pendekatan sederhana dan berfokus pada manusia ini menjadi pengingat penting bagi para praktisi HR: inovasi sejati bukan selalu tentang teknologi atau kebijakan baru, tetapi tentang bagaimana kita menciptakan pengalaman kerja yang relevan, fleksibel, dan bermakna — bagi setiap generasi yang kini berbagi ruang di dunia kerja.


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS