World Economic Forum : 85 Juta Pekerja Dunia akan Menghilang Karena Otomatisasi
Perkembangan teknologi digital sekarang ini telah melejit demikian pesat, dan semakin banyak perusahaan yang kemudian mulai melakukan proses otomatisasi bisnisnya secara menyeluruh. Akibatnya banyak ahli di organisasi World Economic Forum dalam sebuah laporan bulan lalu yang menyebutkan bahwa pada tahun 2025, otomatisasi akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan yang sekarang ini telah ada.
Mereka menambahkan bahwa secara umum peran dan pekerjaan yang ada pada saat ini, akan mengalami perubahan, ketika perusahaan mengadopsi teknologi yang akan mengubah tugas, pekerjaan, dan keterampilan.
Dalam penelitian tersebut juga didapatkan data bahwa sekitar 43% perusahaan yang menjadi responden, memiliki keinginan untuk memangkas tenaga kerja mereka karena integrasi teknologi. Sedangkan 41% berencana menggunakan kontraktor untuk pekerjaan berbasis tugas, sementara 34% lainyya merencanakan untuk memperluas tenaga kerja mereka, sebagai hasil dari integrasi teknologi.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa perpindahan ke otomatisasi juga akan menciptakan sekitar 97 juta pekerjaan baru. Dimana peran baru yang akan muncul tersebut akan banyak terjadi dialambidang teknologi, seperti kecerdasan buatan, teknologi informai, pengelolaan data secara digital dan dalam karir pembuatan konten, seperti manajemen media sosial dan penulisan konten.
Para ahli juga menambahkan bahwa dalam lima tahun, keterampilan seperti pemikiran analitis, kreativitas, dan fleksibilitas akan menjadi sangat penting. Selain itu juga para pengusaha mulai memikirkan hal yang lebih jauh pula, seperti pengembangan pemikiran yang lebih kritis mengenai sebuah pemasalahan dan juga cara pemecahan masalah sebagai hal yang penting untuk diperhatikan di masa mendatang.
Sehingga pada akhirnya akan membuat para pengusaha ataupun pelaku bisnis mulai memberikan perhatian yang lebih besar kepada perilaku self management, seperti pembelajaran aktif, bagaimana cara mengembangkan tingkat ketahanan (resilience), meningkatkan toleransi stres, dan juga mengembangkan fleksibilitas kerja.
Para ahli di World Economic Forum tersebut juga menggarisbawahi pentingnya pelatihan ulang (re-skilling dan upskilling) ataupun proses belajar secara terus menerus, agar pekerja tetap relevan dalam persaingan tenaga kerja di masa-masa mendatang.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com/John F. Martin General Motors
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS