Rahasia Mengendalikan Diri agar Tetap Produktif
TalentSmart sebuah konsultan di bidang pelatihan dan pengembangan kecerdasan emosional dari Amerika telah menguji lebih dari satu juta orang, dan mereka menemukan bahwa karyawan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, tepatnya 90% dari mereka yang berkinerja terbaik ternyata memiliki produktivitas yang jauh lebih baik daripada rata-rata karyawan.
Dimana salah satu ciri kecerdasan emosional adalah pengendalian diri — keterampilan yang melepaskan produktivitas besar-besaran dengan membuat kita dapat tetap fokus dan pada jalurnya. Namun sayangnya tidak semua orang memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik.
Hal ini terlihat ketika Martin Seligman dan rekannya di Universitas Pennsylvania mensurvei dua juta orang dan meminta mereka untuk menyusun peringkat kekuatan mereka dalam 24 keterampilan yang berbeda. Hasilnya pengendalian diri berakhir di posisi paling bawah.
Artinya ketika kita tidak mampu mengontrol segala sesuatunya, maka produktivitaspun akan menghilang.
Sebenanrnya pengendalian diri adalah sesuatu yang dapat kita lakukan dengan mudah, dan sebagian besar orang-orang yang cerdas secara emosional mengetahui hal-hal penting yang dapat menjaga mereka tetap dapat produktif dan terkendali.
Mereka secara sadar menerapkan perilaku ini karena mereka tahu cara tersebut berhasil. Beberapa jelas, yang lain kontra-intuitif, tetapi semua akan membantu kita meminimalkan kegagalan untuk meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
1.Fokus pada solusi
Dalam menghadapi permasalahan kita harus memiliki fokus yang baik, dengan demikian kita memiliki pengendalian diri yang lebih baik. Dengan tetap fokus maka kita akan memiliki kemampuan melihat fakta secara lebih jelas dan menepis semua pemikiran negatif yang mungkin bisa terjadi.
Sehingga ketika kita bertindak ataupun melakukan sesuatu, maka akan menghasilkan perilaku emosi positif dan meningkatkan kinerja. Orang yang cerdas secara emosional tidak akan memikirkan masalah, karena mereka tahu bahwa mereka paling efektif jika berfokus pada solusi.
2.Cepat memaafkan
Lingkaran setan dari kegagalan mengendalikan diri yang diikuti dengan perasaan benci dan perasaan gagal pada diri sendiri adalah hal biasa dalam upaya pengendalian diri. Emosi ini biasanya mengarah pada perilaku negatif yang berlebihan.
Ketika kita melakukan kesalahan, sangat penting bagi untuk memaafkan diri sendiri dan melanjutkan hidup. Jangan mengabaikan bagaimana kesalahan tersebut memengaruhi perasaan kita. Sebaiknya kita juga jangan memendam perasaan bersalah terus-menerus, lebih baik alihkan perhatian pada apa yang akan kita lakukan untuk meningkatkan diri di masa depan.
Memang kegagalan dapat mengikis kepercayaan diri dan membuat kita sulit percaya bahwa kita akan mencapai hasil yang lebih baik di masa depan. Sering kali, kegagalan terjadi karena mengambil risiko dan mencoba mencapai sesuatu yang memang tidak mudah.
Orang yang cerdas secara emosional tahu bahwa kesuksesan terletak pada kemampuan mereka untuk bangkit dalam menghadapi kegagalan, dan mereka tidak dapat melakukannya ketika mereka hidup di masa lalu.
Apa pun yang layak dicapai akan mengharuskan kita mengambil beberapa risiko, dan tidak boleh membiarkan kegagalan menghentikan keinginan kita untuk maju. Saat kita hidup di masa lalu, itulah yang terjadi dan masa lalu menjadi masa kini, dan tentunya bisa menghalangi kita untuk bergerak maju.
3.Memiliki kemauan keras
Orang yang sukses tidak akan mengatakan ya kecuali mereka benar-benar menginginkannya. Hak tersebut setidaknya terlihat dalam penelitian yang dilakukan di University of California di San Francisco menunjukkan bahwa semakin sulit kita mengatakan tidak, semakin besar kemungkinan mengalami stres, kelelahan dan bahkan depresi, yang semuanya mengikis pengendalian diri. Mengatakan tidak memang merupakan tantangan pengendalian diri yang besar bagi banyak orang.
Tidak adalah kata yang kuat yang tidak perlu ditakuti untuk menggunakannya. Saat tiba waktunya untuk mengatakan tidak, orang yang cerdas secara emosional menghindari frasa seperti “Saya rasa saya tidak bisa” atau “Saya tidak yakin”. Mengatakan tidak pada komitmen baru menghormati komitmen kita yang ada dan memberikan kesempatan untuk berhasil memenuhinya.
Perlu diingat bahwa mengatakan tidak adalah tindakan pengendalian diri sekarang yang akan meningkatkan pengendalian diri di masa depan, dengan mencegah efek negatif dari komitmen berlebihan.
4.Tidak mencari kesempurnaan
Orang yang cerdas emosional tidak akan menetapkan kesempurnaan sebagai target mereka karena mereka tahu itu tidak ada.
Karena menurut mereka pada dasarnya manusia bisa salah. Ketika kesempurnaan adalah tujuan, maka kita akan selalu merasa gagal yang membuat keinginan menyerah menjadi semakin besar. Ini tentunya akan menghalangi keinginan kita untuk maju.
Sehingga pada akhirnya kita akan menghabiskan banyak waktu untuk meratapi apa yang gagal. Bukannya bergerak maju untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ada.
5.Berpikir positif
berpikir positif akan membantu kita melatih pengendalian diri dengan memfokuskan perhatian otak pada tujuan yang akan dicapai. Untuk itu kita dengan secara sadar memilih sesuatu yang positif untuk dipikirkan.
Pikiran positif apa pun akan berhasil untuk memfokuskan kembali perhatian kita. Ketika segala sesuatunya berjalan baik, dan suasana hati kit baik, pengendalian diri relatif mudah. Ketika segala sesuatunya berjalan buruk, dan pikiran dibanjiri pikiran negatif, pengendalian diri adalah sebuah tantangan. Pada saat-saat seperti ini, pikirkan tentang hal-hal positif, karena ini akan membantu kita dalam melewati masa-masa yang sulit.
Jika kita tidak dapat memikirkan sesuatu dari hari ini, renungkan masa lalu dan lihat ke masa depan. Intinya di sini adalah kita harus memiliki sesuatu yang positif, sehingga setiap siap untuk mengalihkan perhatian ketika pikiran berubah menjadi negatif, sehingga kita tidak akan kehilangan fokus.
Sumber/foto : theladders.com/philmckinney.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS