Menjadi Pemimpin yang Digerakkan oleh Tujuan (Purpose Driven Leader) Secara Efektif
Ketika kita berbicara tentang kepemimpinan, mungkin kita teringat pada gaya kepemimpinan lama yang mengedepankan perintah dan kontrol. Namun, ada pendekatan baru yang telah diperkenalkan oleh Robert Greenleaf pada tahun 1970, yaitu “kepemimpinan yang melayani”. Konsep ini menekankan pentingnya pemimpin menjadi pelayan terlebih dahulu, yang ingin melayani timnya sebelum memimpin mereka.
Ide ini tampak baik dalam teorinya, karena organisasi dan individu yang dipimpin oleh pemimpin yang melayani biasanya memiliki kinerja yang lebih baik. Pemimpin yang fokus pada timnya daripada diri sendiri cenderung lebih dipercaya, lebih dihormati, dan lebih memuaskan para pengikutnya.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada perubahan besar dalam lingkungan kerja yang membuat kepemimpinan yang melayani terasa melelahkan. Para pemimpin sering merasa kelelahan, stres, dan bekerja terlalu banyak. Dalam kondisi seperti ini, berfokus pada melayani orang lain seperti menuangkan dari cangkir kosong. Kita memberitahu para manajer, “Anda di sini untuk melayani tim Anda” atau kepada tim yang berurusan dengan pelanggan, “Anda di sini untuk melayani pelanggan. Jumlahnya melelahkan.”
Selain itu, banyak hal telah berubah dalam dunia kerja. Saat ini, para pemimpin sering mengawasi tim yang lebih besar dan hierarki dalam organisasi semakin datar. Ini menimbulkan pertanyaan, siapa sebenarnya yang menjadi pelayan dan siapa yang dilayani?
Oleh karena itu, perlu ada perubahan dalam pendekatan kepemimpinan yang melayani. Kita dapat beralih ke “kepemimpinan dengan tujuan mulia”. Ini adalah filosofi yang didorong oleh dampak positif pada kehidupan orang lain dan mencapai tujuan yang lebih besar dari diri sendiri.
Untuk menjadi pemimpin dengan tujuan mulia, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
1. Interaksi dengan Karyawan:
Caripada hanya bertanya pada karyawan apa yang mereka butuhkan untuk berhasil, tanyakan kepada mereka apa yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan bersama. Ini menciptakan tanggung jawab bersama dan memotivasi karyawan untuk berkontribusi dengan lebih baik.
2. Pengambilan Keputusan
Janganlah hanya mencoba menyenangkan semua orang, pertimbangkan dampak keputusan pada tujuan keseluruhan. Pertimbangkan bagaimana keputusan akan mempengaruhi tim atau pelanggan dan fokuslah pada mencapai tujuan yang lebih tinggi.
3. Pembinaan:
Cobalah untuk tidak hanya melatih karyawan yang performanya buruk, fokuskan waktu dan perhatian pada karyawan yang berkinerja tinggi dan menengah. Bantulah mereka untuk mencapai potensi penuh mereka dan berikan dukungan yang sesuai.
Dengan pendekatan kepemimpinan yang lebih terarah pada tujuan, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih manusiawi, mendukung kinerja yang lebih baik, dan mencapai hasil yang lebih memuaskan.
Sumber/foto : hbr-org/inc.org
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS