Meniti Karir Secara Lebih Baik Dengan Bantuan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Dalam sebuah studi baru yang baru saja dirilis oleh Ohio State University di Amerika menunjukkan bahwa ada manfaat positif ketika seseorang menjalani terapi perilaku kognitif atau disebut juga dengan cognitive behavioral therapy (CBT).
Menurut Daniel Strunk, profesor psikologi di The Ohio State University yang terlibat dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa apabila karyawan menghadiri terapi perilaku kognitif (CBT) untuk depresi, dapat membantu mereka dalam meniti karirnya secara lebih baik, dan membantu mereka yang belum bekerja untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya.
Dirinya menyatakan bahwa terapi tersebut sebenarnya ditujukan untuk meredakan gejala depresi. Namun demikian mengurangi gejala bukanlah satu-satunya tujuan yang dimiliki orang saat mereka memulai CBT. Banyak yang berharap mendapatkan pekerjaan atau meningkatkan produktivitas pada pekerjaan mereka saat ini. Di sini kami menemukan bahwa terapi juga dapat membantu orang mencapai tujuan ini.
Menurut temuan penelitian ini, 41% dari orang yang belum bekerja ataupun yang baru menjalani pekerjaan paruh waktu (part time) yang menjalani kursus terapi depresi CBT, telah menemukan pekerjaan yang benar-benar baru atau memperoleh pekerjaan yang lebih serius pada akhir waktu kursus. Demikian pula, pasien terapi yang sudah memiliki pekerjaan tetap melaporkan merasa lebih mudah untuk fokus dan menyelesaikan tugas pada pekerjaan setelah menyelesaikan kursus CBT.
Secara keseluruhan penelitian tersebut melibatkan sekitar 126 orang responden, dan kursus CBT yang mereka ikuti diselenggarakan oleh the Ohio State Depression Treatment and Research Clinic.
Mereka secara aktif terlibat dalam CBT dengan tujuan untuk melatih kembali pikiran seseorang untuk lebih fokus pada hal-hal positif dan mengesampikan hal negatif yang mengganggu. Sebagian besar kursus CBT berfokus pada pengajaran pasien bagaimana mengenali dan mengatasi pola pikir yang negatif.
“Sebenarnya proses belajar ini bekerja berdasarkan gagasan bahwa orang dengan depresi selalu memiliki pandangan yang negatif tentang diri mereka sendiri dan masa depan mereka. Misalnya, jika seorang pasien yang menganggur tidak mendapatkan satu pekerjaan yang mereka wawancarai, mereka mungkin berpikir ‘tidak ada yang akan mempekerjakan saya.’” jelas Strunk.
Dirinya menambahkan bahwa sangat mungkin banyak orang yang terlibat dalam penelitian ini akan mendapatkan pekerjaan terlepas dari menghadiri terapi atau tidak. Banyak hal yang diperlukan untuk mencapai pekerjaan impian, dan terapi tidak akan secara ajaib meningkatkan resume atau keterampilan wawancara Anda. Namun para ahli menyebutkan bahwa efek terapi pada hasil karir tidak boleh merupakan hasil positif yang cukup menggembirakan mereka yang menjalaninya.
“Memang sulit untuk mengatakan dengan tepat seberapa bagus tingkat keberhasilan ini karena kami tidak tahu berapa banyak yang akan mendapatkan pekerjaan tanpa perawatan tersebut. Tapi temuannya menggembirakan dan menunjukkan bahwa CBT berdampak. Dimana pasien yang bekerja menyebutkan bahwa pada akhirnya mereka merasa jauh lebih berhasil dalam berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas di pekerjaan mereka,”
Para peneliti meyakini ada banyak manfaat positif dari terapi terkait dengan kemampuan CBT untuk membantu orang mengurangi “gaya kognitif negatif” mereka. Dengan kata lain, istilah itu mengacu pada bereaksi terhadap peristiwa yang tidak menguntungkan dengan lebih banyak pesimisme.
“Dengan kata lain CBT membantu seseorang yang memiliki mengatasi pandangan negatif dengan mengajarkan kepada mereka, bahwa pengalaman depresi bukanlah kesalahan mereka dan bahwa mereka dapat mengambil langkah untuk meningkatkan konsentrasi dan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih sukses bahkan ketika mengalami gejala depresi,” Strunk menyimpulkan.
Sumber/foto : theladders.com/forbes.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS