Lima Kebohongan Yang Sering Dilakukan Calon Karyawan Ketika Menjalani Interview
Dalam kehidupan bersosial banyak orang sering berpendapat, bahwa kejujuran adalah hal yang harus selalu dijunjung tinggi. Namun demikian hal tersebut sering tidak berlaku ketika seseorang terlibat dalam sebuah wawancara guna mendapatkan pekerjaan.
Bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh website pencari kerja Seek menyebutkan 59 % responden berpendapat bahwa berbohong pada saat wawancara kerja tidak dapat ditolerir. Namun ada beberapa topik tertentu yang oleh para kandidat, dianggap sebagai kepentingan terbaik mereka , untuk menyembunyikan sesuatu.
Berikut adalah lima kebohongan yang sering dilakukan kandidat selama wawancara kerja.
1.Mengapa Anda ingin mencari pekerjaan baru ?
Sebagian besar responden berpendapat bahwa kandidat yang berbohong, saat menjawab ini masih bisa ditolerir.
2.Berapa gaji terakhir Anda?
Kebanyakan kandidat pria sangat suka berbohong tentang hal ini, sekitar 15 % kandidat (15 % diantaranya pria) sering bercerita tentang hal-hal yang tidak benar.
3.Apa kekurangan Anda ketika bekerja ?
15% responden percaya bahwa mereka boleh berbohong tentang ini, dengan rincian 18% pria sering melakukannya dan hanya 11% dari kandidat perempuan.
4.Minat ataupun hobi ketika berada di luar kantor
Sebanyak 14% responden percaya bahwa mereka boleh berbohong, tentang hobi ataupun aktivitasnya ketika tidak berada di kantor.
5.Pengalaman Kerja Sebelumnya
Laki-laki sekali lagi ternyata lebih sering berbohong di sini, dan dua kali lebih banyak dibandingkan perempuan (13% berbanding 6%). Hal tersebut sengaja mereka lakukan agar memperoleh kesan berpengalaman ketika diwawancara, sehingga menaikkan kemungkinan untuk diterima bekerja.
Menariknya para kandidat yang berusia antara 18-34 lebih banyak berbohong tentang pengalaman mereka (19%) dan gaji terakhirnya (23%), bila dibandingkan dengan kandidat yang berusia 35-64 (masing-masing 10% dan 10%).
Menurut Alex Hattingh, Chief People Officer di Employment Hero para kandidat melakukan hal tersebut karena mereka menginginkan pekerjaan tersebut.
“Dalam pemiikiran mereka, kejujuran mungkin menghambat peluang mereka. Terutama kejujuran tentang pengalaman di pekerjaan mereka sebelumnya, karena hal ini akan memperkecil kemungkinan untuk diterima bekerja. Jadi ketika kandidat mendapatkan pertanyaan mengenai kegiatan apa yang dilakukannya ketika tidak bekerja, maka mereka lebih senang menjawab berlibur atau melakukan sesuatu yang keren di luar sana. Padahal sebenarnya mereka tidak melakukan apa-apa dan hanya berdiam diri di rumah saja, ” jelasnya lebih jauh.
Untuk itu Alex memberikan pendapatnya kepada kita agar rajin melakukan re-check seperti misalnya dengan meminta contoh hasil pekerjaan mereka. Ini adalah cara yang bagus untuk menyelidiki rincian untuk melihat apakah seorang kandidat melakukan apa yang mereka klaim.
“Menanyakan apa hasilnya juga membantu. Seseorang pada umumnya akan tersandung jika mereka mengklaim pengalaman yang tidak mereka miliki, jika mereka diminta untuk memberikan perincian, “kata Hattingh.
Untungnya lagi di era digitalisasi, setiap perusahaan yang merekrut kandidat dapat melakukan pengecekan lewat media sosial mulai dari Facebook, Twitter, dan Instagram. Jika akun mereka bersifat publik, periksa profilnya. Apakah profilnya cocok dengan siapa yang mereka katakan dalam surat aplikasi pekerjaannya ?
Di tingkat profesional, LinkedIn juga merupakan cara yang sangat baik untuk memeriksa apakah profil kandidat sesuai dengan deskripsi pekerjaan.
Sumber/foto : humanresourcesonline.net/smartrecruiters.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS