Lima Cara Menumbuhkan Budaya Belajar di Tempat Kerja
Menciptakan budaya belajar di tempat kerja adalah bagaimana organisasi membina lingkungan yang memberdayakan orang untuk mengejar pengetahuan. Hal itu penting untuk evolusi individu, juga untuk pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Deloitte, perusahaan dengan budaya pembelajaran berkelanjutan adalah 46 persen lebih mungkin lebih unggul di pasar dan 58 persen lebih siap untuk memenuhi permintaan dan berkembang di masa depan. Juga produktivitas karyawan 37 persen lebih besar dan memiliki kemampuan 26 persen lebih menghasilkan produk berkualitas.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan budaya belajar di tempat kerja.
1.Mengajarkan kepada tim cara memberikan feedback
Agar ada budaya belajar, karyawan perlu belajar cara memberi dan menerima feedback secara efektif. Banyak manajer dan anggota tim hanya memberikan feedback positif, karena kadang-kadang lebih mudah untuk membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Tidak memberikan feedback negatif karena takut menyakiti perasaan seseorang, mendapat tekanan balik, tidak disukai, atau ditanyai otoritasnya sendiri.
Namun, belum banyak orang ketahui bahwa ada kekuatan dalam feedback negatif. Karyawan perlu dibuat sadar akan keterbatasan mereka untuk memicu rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar serta meningkatkan diri seperti halnya ketrampilan dan kompetensi. Tetapi yang penting, feedback negatif harus diberikan dengan cara yang konstruktif.
Menurut The Journal of Health Specialities, feedback konstruktif perlu untuk segera, spesifik, tidak menghakimi, tepat dan dapat membantu.
Perlu diingat, umpan balik yang konstruktif perlu memasukkan rencana perbaikan yang konkret dan disarankan. Saat tim dapat memberi dan menerima umpan balik yang konstruktif, mereka akan dapat terus saling belajar dan meningkatkan keterampilannya.
Sebagai seorang pemimpin, salah satu cara untuk membuat bola bergulir berdasarkan feedback konstruktif adalah dengan memberikan manajer dan anggota tim struktur formal untuk mengkritik pekerjaan masing-masing namun dengan saran dan solusi yang bisa disepakati bersama, dan mengadakan pertemuan di mana menunjukkan proses yang ideal.
2.Mempergunakan pelatihan peer to peer.
Bersamaan dengan melakukan tindakan mengajar tim bagaimana cara memberikan feedback yang konstruktif, kita juga dapat menggunakan pelatihan peer to peer untuk menciptakan budaya belajar di tempat kerja. Kita dapat memfasilitasi pelatihan peer to peer dengan hanya memasangkan anggota tim senior dan anggota tim junior untuk mengerjakan proyek tertentu bersama-sama.
Atau, kita dapat mengambil pelatihan peer to peer ke tingkat berikutnya dengan menerapkan program yang mirip dengan Google. Program “Googler to Googler” memungkinkan karyawan dari semua departemen yang berbeda untuk memimpin kelas tentang topik pekerjaan dan ekstrakurikuler seperti manajemen, perhatian, pemikiran desain, dan bahkan kickboxing.
Dengan sistem pelatihan peer to peer seperti ini, karyawan dapat mengambil alih pembelajaran mereka sendiri dengan memilih kelas apa yang terdaftar. Plus, guru atau pembimbing kelas dapat berbagi pengetahuan dan motivasi pribadi mereka, dan membangun keterampilan kepemimpinan mereka pada saat yang sama.
3.Memberikan peluang belajar mandiri secara online.
Daripada memaksa anggota tim untuk menghadiri lokakarya atau pelajaran, kita harus memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar online yang otonom.
Menurut penelitian dari University of Birmingham, karyawan dengan tingkat otonomi yang lebih tinggi dalam pekerjaan mereka melaporkan efek positif pada kesejahteraan mereka secara keseluruhan dan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi.
Misalnya, kita dapat menggunakan sistem manajemen pembelajaran atau learning management system (LMS) untuk mengumpulkan materi pembelajaran untuk tim. Ini dapat mencakup dokumen, video, rekaman webinar, tayangan slide, dan lainnya. Kemudian karyawan dapat mengakses platform kapan saja dan dari mana saja untuk mulai belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Semakin banyak bahan yang diberikan dalam format yang berbeda, semakin besar kemungkinan anggota tim akan menemukan sesuatu yang menarik bagi mereka.
4.Memimpin dengan contoh
Mungkin yang paling penting, jika ingin menciptakan budaya belajar di tempat kerja, perlu mempraktikkan apa yang kita katakan. Jika kita mencoba menanamkan feedback konstruktif atau pembinaan peer to peer di lingkungan di mana perilaku ini belum menjadi norma, mungkin diperlukan upaya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk menunjukkan jenis perilaku yang kita harap akan ditiru oleh anggota tim.
Misalnya, mengadakan pertemuan bulanan untuk membagikan berita perusahaan. Di akhir pertemuan, anggota tim dapat mengajukan pertanyaan apa pun yang mungkin mereka miliki. Seringkali, karyawan mengambil kesempatan ini untuk bertanya kepada pemimpin apakah ia telah mempelajari sesuatu yang menarik di konferensi, lokakarya, atau pertemuan yang baru-baru ini dihadiri. Ini adalah cara yang bagus untuk membagikan hal-hal baru yang dipelajari, dan juga memiliki anggota tim untuk mendiskusikan atau terlibat dengan berbagai macam ide.
Mungkin cara terpenting seorang pemimpin dapat menumbuhkan budaya belajar adalah dengan menunjukkan bahwa mereka masih mendengarkan, dan terbuka untuk belajar dari karyawan mereka. Ini dapat ditunjukkan dalam pengaturan grup, tetapi juga dalam interaksi yang lebih pribadi. Jika kita menemukan bahwa seorang anggota tim memiliki hobi atau pengetahuan yang baik tentang topik yang diminati, tanyakan kepada mereka tentang hal itu. Biarkan mereka mengajari kita sesuatu hal.
SUmber/foto : entrepreneur.com/forbes.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS