Karyawan Remote Working: Antara Tanggung Jawab dan Kebebasan
Dalam era digital yang semakin maju, kerja jarak jauh atau remote working telah menjadi norma baru bagi banyak perusahaan. Namun, dengan kebebasan yang datang, muncul juga tantangan yang tidak bisa diabaikan.
Dalam Seminar Asia Pacific HR Forum 2024 pada bulan lalu, yang berlangsung di Nusa Dua Bali. Seorang peserta menanyakan tentang bagaimana perusahaan dapat menangani karyawan, yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada tanggung jawab terhadap perusahaan. Karena mereka diberikan kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan secara remote working.
Mereka bertanya, bagaimana kita seharusnya menangani karyawan yang memiliki pekerjaan sampingan dan tidak memenuhi tanggung jawab mereka?
Pertanyaan ini mencerminkan kekhawatiran yang banyak dirasakan oleh manajer dan pemimpin ketika mereka mulai mengadopsi sistem kerja jarak jauh.
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Nick, seorang Senior Manager Sales Asia Pacific yang bekerja pada perusahaan Remote – Australia.
Menurutnya. tidak ada kebijakan yang bisa menjamin kesuksesan 100%. Di setiap organisasi, pasti ada individu yang tidak cocok,” ungkapnya.
Hal ini menunjukkan, meskipun sistem kerja jarak jauh menawarkan fleksibilitas, namun tidak semua orang dapat beradaptasi dengan baik.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, banyak karyawan yang membutuhkan interaksi langsung untuk merasa terhubung dan produktif.
“Karyawan yang lebih suka berinteraksi secara langsung sering kali kesulitan dalam lingkungan virtual,” tambahnya.
Dia berbagi pengalaman dimana beberapa karyawan merasa terasing dan sering menghubunginya untuk mendapatkan dukungan.
“Jika semua anggota tim saya melakukan hal yang sama, saya tidak akan punya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan lain,” jelasnya.
Menurutnya salah satu kunci untuk mengatasi tantangan ini, adalah membangun budaya kerja yang mendukung.
“Kita harus mempercayai sistem yang ada. Jika tidak, semuanya tidak akan berjalan dengan baik,” tegas Nick.
Dia menekankan pentingnya komunikasi yang jelas dan pengaturan harapan yang realistis. Ketika karyawan tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara kerja yang diharapkan, sering kali itu bukan kesalahan perusahaan, melainkan ketidakcocokan antara individu dan budaya kerja yang diterapkan.
Nick mencontohkan bagaimana setelah memberikan kesempatan yang adil untuk beradaptasi, mereka akhirnya sepakat untuk berpisah.
“Itu seperti mencoba memasukkan paku bulat ke dalam lubang persegi; itu tidak akan berhasil,” ujarnya.
Dalam sistem kerja jarak jauh, penting bagi perusahaan untuk terus mengembangkan budaya yang mendukung kolaborasi dan komunikasi yang efektif. Meskipun tantangan seperti ini mungkin muncul, dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman yang mendalam, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis.
Dengan memahami kebutuhan karyawan dan membangun sistem yang mendukung, perusahaan tidak hanya dapat menghadapi tantangan yang ada, tetapi juga berkembang dalam era kerja yang baru ini.
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS