Inovasi Pasti Mengguncang: Tapi Perubahan Bukan untuk Dihindari
Perubahan dan inovasi hampir selalu menimbulkan riak dalam sebuah organisasi—apalagi di perusahaan yang sudah berdiri lama dan berjalan dengan sistem yang dianggap nyaman. Tak sedikit yang merasa terganggu, seolah stabilitas yang telah dibangun perlahan jadi goyah. Namun menurut Khrisna Ramadhan Direktur PT RIS Edukasi Anak Bangsa, kondisi ini sepenuhnya wajar.
“Kalau ada inovasi, pasti ada perubahan. Dan perubahan itu, pada dasarnya, akan memunculkan ketidaknyamanan di awal,” ujarnya saat ditemui Intipesan seusai menyampaikan presentasinya di 15th Indonesia Learning (ILD Summit) pada Jumat (23/5) di Yogyakarta.
Bagi Khrisna Ramadhan, inovasi bukan sekadar ide cemerlang atau teknologi baru.
“Inovasi itu budaya,” tegasnya.
Dan budaya, lanjutnya, tidak bisa dibentuk dalam sehari. Perlu proses yang konsisten dan kesabaran. Ia mengibaratkan inovasi seperti bola salju kecil. Awalnya tidak terlihat besar. Tapi jika terus digulirkan, bola itu akan tumbuh, menggelinding lebih cepat, dan pada akhirnya memberi dampak yang besar.
Dalam proses tersebut, hal-hal lama seperti kebiasaan, sistem, atau bahkan rasa nyaman yang sudah terbentuk lama, bisa ikut tersapu. Tapi menurutnya, itu bukan sesuatu yang harus ditakuti, melainkan bagian alami dari transformasi.
Contoh paling dekat bisa kita lihat dari kemunculan ojek online. Beberapa tahun lalu, kehadiran ojol sempat menimbulkan konflik dengan ojek pangkalan. Banyak yang merasa terancam karena belum siap. Ada yang tidak punya smartphone, belum memahami aplikasi, atau sekadar belum siap menerima sistem baru. Namun waktu berjalan, dan kini ojek online sudah jadi bagian dari rutinitas harian kita.
“Sama seperti kita coba makanan baru di akhir pekan. Kita belum tahu rasanya enak atau nggak, tapi tetap mau coba. Karena kita terbuka sama kemungkinan baru,” kata Pak Fri.
Khrisna menyoroti bahwa sebenarnya dalam kehidupan modern, kita terus beradaptasi dengan perubahan, bahkan tanpa sadar.
Dulu, untuk beli makanan kita harus keluar rumah dan antri. Sekarang? Cukup buka aplikasi. Dulu, mencari ojek harus jalan ke pangkalan dan tawar-menawar. Sekarang cukup klik, dan harga langsung muncul. Semua itu adalah contoh sederhana bagaimana perilaku kita berubah seiring waktu.
Menurut Khrisna, hal yang paling penting saat menghadapi perubahan adalah memberi pemahaman.
“Ketika orang paham kenapa perubahan itu perlu, mereka akan lebih mudah menerimanya.”jelasnya.
Karena itu menurutnya, kunci menghadapi inovasi bukanlah menolak gejolak yang muncul, tapi menyikapinya dengan bijak. Perubahan akan selalu datang—entah cepat atau lambat. Yang membedakan hasilnya adalah kesiapan kita untuk terbuka, belajar, dan tumbuh bersama dalam prosesnya.
“Jadi, sebenarnya kita nggak perlu takut sama perubahan. Yang penting, kita mau beradaptasi,” tutupnya.,
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS